Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, kondisi makroekonomi global juga belum begitu cerah. Kenaikan suku bunga masih akan terus berlanjut sehingga kemungkinan likuiditas akan semakin menyusut yang mengakibatkan alokasi dana untuk mengangkat pasar dan saham-saham IPO tidak akan sebesar biasanya.
Andhika melanjutkan, untuk tiga calon emiten tersebut juga masih akan cukup berat tantangannya. Menurutnya, untuk PT Wulandari Bangun Laksana masih berat karena naiknya suku bunga dan inflasi tinggi membuat masyarakat bisa menahan untuk membeli rumah dan berpotensi menurunkan marketing sales emiten properti.
Kemudian, untuk PT Jayamas Medica Industri dipengaruhi adanya rencana pemerintah mengubah status pandemi dengan endemi yang membuat emiten di sektor kesehatan akan stagnan.
Baca Juga: Demi Mengejar Cuan, Pengendali Getol Melepas Saham
Lalu untuk Blibli.com prospeknya dipengaruhi dari saham teknologi yang telah listing sebelumnya yakni BUKA dan GOTO yang harga sahamnya masih tertekan. "Jadi para pelaku pasar masih akan bersikap hati-hati untuk saham teknologi," paparnya.
Pandhu juga melihat bahwa performa keuangan dari PT Wulandari Bangun Laksana dan PT Jayamas Medica Industri relatif stagnan. Maka ia menilai akan lebih sulit untuk meyakinkan para calon investor untuk berinvestasi jangka panjang.
"Secara industri memang outlooknya masih relatif lesu, yaitu healthcare dan property. Tampak dari pergerakan saham-saham di kedua sektor tersebut yang berada dalam tren melemah sejak awal tahun," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News