kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menilik Tren Perusahaan yang akan IPO pada Kuartal IV 2022


Selasa, 11 Oktober 2022 / 22:42 WIB
Menilik Tren Perusahaan yang akan IPO pada Kuartal IV 2022
Menilik Tren Perusahaan yang akan IPO pada Kuartal IV 2022


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jelang akhir tahun 2022, sejumlah perusahaan masih antre  melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga akhir tahun, setidaknya ada tiga perusahaan yang sedang berproses initial public offering (IPO) atawa penawaran umum saham perdana.

Calon emiten tersebut, PT Jayamas Medica Industri yang bergerak di industri alat kesehatan, PT Wulandari Bangun Laksana yang bergerak di industri properti, dan PT Global Digital Niaga atau Blibli.com.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menilai emiten yang akan IPO di kuartal IV ini kenaikan harganya akan tertahan. "Karena adanya ancaman resesi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (11/10).

Baca Juga: Program Saham Gotong Royong GoTO Masuk Daftar Fortune Change the World

Menilik secara historis, rata-rata perusahaan yang melantai di BEI cenderung lebih banyak yang memiliki harga di bahwa saat IPO. Pada tahun 2019, ada 17 perusahaan yang melantai di BEI selama kuartal IV dan hanya tujuh perusahaan yang mencatatkan kenaikan harga.

Lalu, pada 2020 dari lima perusahaan hanya dua yang berhasil mencatatkan kenaikan harga. Sedangkan pada tahun 2021 dari 15 perusahaan yang mencatatkan sahamnya dan hanya delapan yang mencatatkan kenaikan harga.

Apabila dibandingkan dengan saham-saham yang IPO di luar kuartal IV, kenaikan harga sahamnya juga terlihat masih di bawah. Ambil contoh, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) saat IPO pada kuartal IV 2021 harganya Rp 3.080 dan saat ini menjadi Rp 4.380, lalu PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML) saat IPO harganya Rp 117 dan saat ini menjadi Rp 825.

Sedangkan perusahaan yang IPO sebelum kuartal IV, seperti PT IndoInternet Tbk (EDGE) harga sahamnya saat ini sudah Rp Rp 21.675 daripada saat IPO di Rp 7.375. Lalu PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS) harga sahamnya melesat ke Rp 3.920 dibandingkan saat penawaran di Rp 100.

Baca Juga: Pasca Seperempat Abad, Bakrie Kini Akan Berbagi Kendali di BUMI dengan Grup Salim

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto juga memperkirakan IPO yang akan berjalan pada kuartal keempat ini masih akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kemungkinannya harga tidak akan terlalu tinggi kenaikannya.

Alasan utamanya, para fund manajer akan fokus melakukan window dressing untuk memperbaiki portofolio mereka pada saham-saham big caps. "Saham yang baru listing tentu belum begitu mendapat banyak eksposure dari para fund manajer," sebutnya.

Selain itu, kondisi makroekonomi global juga belum begitu cerah. Kenaikan suku bunga masih akan terus berlanjut sehingga kemungkinan likuiditas akan semakin menyusut yang mengakibatkan alokasi dana untuk mengangkat pasar dan saham-saham IPO tidak akan sebesar biasanya.

Andhika melanjutkan, untuk tiga calon emiten tersebut juga masih akan cukup berat tantangannya. Menurutnya, untuk PT Wulandari Bangun Laksana masih berat karena naiknya suku bunga dan inflasi tinggi membuat masyarakat bisa menahan untuk membeli rumah dan berpotensi menurunkan marketing sales emiten properti.

Kemudian, untuk PT Jayamas Medica Industri dipengaruhi adanya rencana pemerintah mengubah status pandemi dengan endemi yang membuat emiten di sektor kesehatan akan stagnan.

Baca Juga: Demi Mengejar Cuan, Pengendali Getol Melepas Saham

Lalu untuk Blibli.com prospeknya dipengaruhi dari saham teknologi yang telah listing sebelumnya yakni BUKA dan GOTO yang harga sahamnya masih tertekan. "Jadi para pelaku pasar masih akan bersikap hati-hati untuk saham teknologi," paparnya.

Pandhu juga melihat bahwa performa keuangan dari PT Wulandari Bangun Laksana dan PT Jayamas Medica Industri relatif stagnan. Maka ia menilai akan lebih sulit untuk meyakinkan para calon investor untuk berinvestasi jangka panjang.

"Secara industri memang outlooknya masih relatif lesu, yaitu healthcare dan property. Tampak dari pergerakan saham-saham di kedua sektor tersebut yang berada dalam tren melemah sejak awal tahun," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×