Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
Apabila tanpa penyesuaian forex (rugi/untung) pada masing-masing tahun, laba bersih dibukukan sebesar Rp 577,2 miliar pada kuartal pertama 2020 atau naik 12% dari Rp 514,6 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Selain ada potensi penurunan pendapatan dari iklan, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi pemain media sekarang ini. Misalnya saja dari sisi beban operasional, dimana emiten media kini mulai beralih ke digital. “Sehingga tentu akan ada peralihan serta biaya tambahan untuk emiten sektor media,” ujarnya, Senin (4/5).
Baca Juga: PTBA: Pelemahan rupiah bisa membuat pendapatan kami positif
Tak hanya itu, beberapa konten pada tahun ini juga mengalami penundaan sampai waktu yang masih belum ditentukan, alhasil mereka kehilangan potensi keuntungan. Walaupun begitu, Chris mengatakan, prospek emiten media masih cukup menarik di tengah pandemi Covid-19.
Meski ada penurunan pendapatan pada beberapa emiten media seperti SCMA dan MNCN, Chris bilang, menyusutnya kinerja bukan dari core bisnis perusahaannya dan penurunan tergolong tidak terlalu dalam.
Makanya, ia memprediksi perusahaan yang bergerak di bidang media masih memiliki potensi untuk kembali tumbuh usai Covid-19 berlalu. Emiten media juga menjadi salah satu sektor yang dapat pulih dengan cepat setelah kondisi kembali normal.
Chris menilai, ada beberapa saham dari sektor media masih menarik untuk dipilih investor pada saat ini. Baginya, saham SCMA dan MNCN masih sangat menarik untuk dibeli karena prospek ke depannya masih baik.
Baca Juga: Trinugraha batal jual saham BFI Finance (BFIN) ke investor Italia
Ia merekomendasikan pelaku pasar untuk beli saham MNCN dengan target harga 1.100 dan SCMA dengan target harga 1.000. Pada penutupan perdagangan Senin (4/5), harga saham MNCN melemah 6,01% ke level 860 per saham dan SCMA terkoreksi 6,82% ke level 820 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News