kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   13.000   0,68%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

Menilik Potensi Bitcoin di Tengah Kisruh Ancaman Kenaikan Tarif Trump


Jumat, 11 Juli 2025 / 07:46 WIB
Menilik Potensi Bitcoin di Tengah Kisruh Ancaman Kenaikan Tarif Trump
ILUSTRASI. Bitcoin as a cryptocurrency is in demand, but can also fluctuate greatly.  IMAGO/Robert Schmiegelt


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menggebrak panggung perdagangan global dengan meluncurkan gelombang tarif baru yang agresif, yang akan mulai berlaku pada Agustus 2025.

Kebijakan ini dikhawatirkan memperburuk ketidakpastian perdagangan dunia dan memicu gejolak pasar.

Baca Juga: Harga Bitcoin Menembus Rekor Tertinggi, Ini 3 Penyebabnya

Trump secara resmi menetapkan tarif 50% untuk produk tembaga impor, serta mengancam akan mengenakan tarif hingga 200% bagi industri farmasi jika pabrik mereka tidak kembali dipindahkan ke AS dalam setahun ke depan.

Tak berhenti di situ, Trump juga mengincar negara-negara yang terlibat dalam blok BRICS seperti India dan Indonesia, dengan tambahan tarif 10%.

Uni Eropa pun ikut terancam sanksi dagang, terutama terkait ketegangan atas pajak dan denda terhadap perusahaan teknologi asal AS.

Dampak ke Pasar Komoditas dan Farmasi

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai bahwa kebijakan ini telah memicu lonjakan harga tembaga dan menciptakan tekanan jual di saham-saham farmasi global.

“Tarif baru ini memperkeruh lanskap perdagangan global, yang sudah rapuh sejak pengumuman tarif sebelumnya,” jelasnya, Kamis (10/7).

Baca Juga: Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Baru

Hingga saat ini, AS baru berhasil merampungkan kesepakatan dagang dengan Inggris dan Vietnam. Kesepakatan dengan China pun masih tertunda, sementara negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia telah menerima pemberitahuan potensi tarif antara 25% hingga 40%.

“Jika implementasi dilakukan penuh, risiko stagflasi bisa meningkat, terutama karena kenaikan harga impor bahan baku utama dan barang konsumsi,” ujar Fahmi.

Kripto Jadi Pelindung Nilai?

Di tengah tensi geopolitik ini, Bitcoin justru makin menarik perhatian sebagai aset lindung nilai.

“Sentimen risk-off bisa kembali mendorong akumulasi terhadap aset kripto, terutama Bitcoin, sebagai respons atas pelemahan mata uang fiat dan volatilitas pasar saham,” ujar Fahmi.

Data on-chain terbaru menunjukkan rasio outflow/inflow Bitcoin bulanan berada di 0,9—terendah sejak akhir pasar bear 2022.

Baca Juga: Siapa Pemilik Bitcoin Terbanyak 2025? Berikut Daftarnya

Angka ini menandakan bahwa lebih banyak Bitcoin keluar dari bursa, mengindikasikan akumulasi jangka panjang oleh pelaku pasar.

Menariknya, menurut data CryptoQuant, lebih dari 19.400 BTC dari dompet yang tidak aktif selama 3–7 tahun berpindah ke wallet institusi.

Ini memperkuat sinyal penempatan strategis oleh investor institusional dalam beberapa pekan terakhir.

Prospek Jangka Menengah

Bitcoin tetap bertahan di kisaran US$100.000–US$110.000 meski ada tekanan jual jangka pendek di beberapa bursa global.

“Kombinasi tekanan jual yang terserap, rasio outflow yang rendah, dan pergerakan institusi mendukung tesis bahwa harga saat ini bisa menjadi landasan kuat untuk reli lanjutan,” jelas Fahmi.

Baca Juga: Harga Bitcoin Terus Melambung, Berapa Proyeksinya Hingga Akhir Tahun?

Jika siklus pasar sebelumnya berulang, Fahmi menilai peluang rally lanjutan pada paruh kedua 2025 terbuka lebar.

“Level US$100.000 tidak hanya menjadi support teknikal, tapi juga menjadi zona akumulasi strategis bagi investor jangka panjang.”

Meski begitu, ia mengingatkan pentingnya tetap menjaga manajemen risiko.

“Volatilitas jangka pendek masih mungkin terjadi, apalagi jika eskalasi perang dagang terus berlanjut,” pungkasnya.

Selanjutnya: Resep Tahu Saus Padang yang Pedas dan Gurih, Solusi Menu Praktis Keluarga

Menarik Dibaca: Resep Tahu Saus Padang yang Pedas dan Gurih, Solusi Menu Praktis Keluarga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×