Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bitcoin terus melesat tinggi oleh berbagai faktor pendorong. Prospek aset mata uang kripto (cryptocurrency) ini pun diperkirakan bakal terus cerah pada sisa tahun ini.
Mengutip situs coinmarketcap, harga bitcoin berada di level US$ 111.090,65 pada Kamis (10/7) pukul 17.18 WIB atau naik 2,08% dibandingkan sehari sebelumnya. Beberapa jam lalu, harga bitcoin sempat menyentuh level US$ 111.907,49. Bila dihitung dalam setahun terakhir, harga aset kripto ini telah melambung 90,06% year on year (yoy).
Analyst Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, faktor makro sangat mendominasi penguatan harga bitcoin yang terjadi saat ini. Dalam hal ini, rilis FOMC minutes The Fed yang menunjukkan banyak anggota The Fed mendukung penurunan suku bunga acuan pada akhir tahun ini, sehingga mendorong investor untuk bersikap lebih agresif dan mengalihkan dana ke aset berisiko seperti bitcoin.
Baca Juga: Harga Sudah Terbang Tinggi, Investasi Bitcoin Masih Menarik
Selain itu, ada arus likuiditas institusional besar melalui ETF Bitcoin yang turut mengangkat harga aset kripto tersebut. Data terbaru menunjukkan, inflow mingguan spot ETF mencapai US$ 7,1 miliar dan pada awal Juli sudah ada dana sekitar US$ 217 juta masuk ke ETF seperti IBIT dan FBTC.
“Total arus masuk ETF Bitcoin pada 2025 diperkirakan mencapai US$ 50 miliar atau setara hampir 70% dari aliran dana emas yang menunjukkan pergeseran minat dari aset tradisional ke kripto,” ungkap dia, Kamis (10/7).
Berikutnya, aspek regulasi dan adopsi yang makin positif juga menopang harga bitcoin. Presiden AS Donald Trump sedang menyiapkan beberapa ETF Kripto, termasuk yang berbasis bitcoin dan ethereum yang mengindikasikan dukungan regulasi yang lebih jelas. Di samping itu, lebih dari 135 perusahaan publik telah menyimpan bitcoin sebagai aset cadangan yang menyiratkan legitimasi dan kepatuhan hukum yang lebih kokoh.
Sentimen geopolitik seperti potensi short squeeze besar dan ketegangan tarif global turut mendorong aksi beli bitcoin. Meski AS memberi ancaman tarif tinggi, terutama terhadap Brazil sebagai anggota BRICS, pelaku pasar tampak tidak terlalu terkejut dan malah tetap condong ke aset berisiko seperti bitcoin.
Fyqieh menambahkan, tren lonjakan harga bitcoin diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir kuartal III-2025, bahkan bisa mencapai akhir 2025, terutama jika beberapa faktor kunci tetap mendukungnya.
Dia merujuk pada laporan dari TradingView dan Finance Magnates yang menunjukkan bahwa sebagian besar institusi finansial memproyeksikan adanya kenaikan harga bitcoin. Contohnya, Standard Chartered yang memprediksi harga bitcoin dapat menembus level US$ 200.000 pada akhir 2025.
Di samping itu, model yang lebih konservatif seperti Changelly dan CoinDCX turut memperkirakan bitcoin akan tetap stabil di kisaran US$ 100.000—150.000. Hal ini mempertimbangkan adanya aliran masuk ETF bitcoin, kondisi regulasi, dan kondisi makro global.
Namun, tetap saja ada risiko koreksi sementara yang bisa dialami bitcoin jika inflasi tidak turun, larangan regulasi muncul, atau terjadi perubahan makroekonomi yang ekstrim.
“Jadi, meski tren menguat kemungkinan berlanjut sampai akhir tahun, rentang target sangat bergantung pada faktor pendukung tersebut dan harga bitcoin tetap bisa melebar dari US$ 100.000 hingga potensi bull case di kisaran US$ 200.000—250.000,” pungkas dia.
Baca Juga: Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi Dekat US$112.000, Didorong Permintaan Institusional
Selanjutnya: IHSG Naik ke Atas 7.000 Hari Ini (10/7), Tekanan Jual Asing Masih Besar
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Kojic Acid untuk Wajah, Kulit Sensitif Boleh Coba!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News