Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas korporasi di Indonesia memiliki kemampuan keuangan yang kuat untuk jangka panjang tetapi masih sensitif pada perubahan situasi dan kondisi ekonomi.
Hal ini dapat tercermin dari pemberian rating oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) yang banyak memberikan rating idA pada surat utang korporasi di periode Februari hingga Mei.
Pada divisi korporasi yang tidak termasuk divisi keuangan, PEFINDO mencatat di periode 20 Februari hingga 14 Mei dari 29 entitas di berbagai sektor rating idA paling banyak disematkan, yaitu pada 15 entitas.
Sedangkan, sisanya, 8 entitas mendapat rating idAA, tiga entitas mendapat rating idAAA dan tiga entitas lain mendapat rating IdBBB.
Sekedar informasi, idA berarti entitas tersebut memiliki kapasitas kuat secara jangka panjang pada komitmen finansialnya dibandingkan dengan obligor lainnya, tetapi lebih sensitif pada efek yang pasif dan perubahan situasi dan kondisi ekonomi.
Ada pula kategori plus dan minus di idA, yaitu plus berarti peringkat yang diberikan relatif kuat di atas rata-rata ketegori sedangkan minus berarti peringkat relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori.
Berikut entitas yang mendapat rating idA dari Pefindo;
- PT Surya Semesta Ivestama Tbk (SSIA
- PT J Resource Nusantara (JRES)
- PT Waskita Karya Tbk (Persero) Tbk
- PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
- PT Medco Power Indonesia (MEDP)
- PT Mora Telematika Indonesia (MORA)
- PT Lautan Luas Tbk (LTLS)
- PT Triodamin Performance Material Tbk (TDPM)
- PT Moderland Realty Tbk (MDLN)
- PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
- PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
- PT Pabrik Gula Rajawali I
- PT Perkebunan Nusantara III (persero) (PTPN)
- PT Industri Kereta Api (Persero)
Pada divisi korporasi sektor yang terbanyak mengeluarkan surat utang adalah sektor properti dengan jumlah 4 entitas.
Di sektor properti dengan rating idA terdapat dua entitas yang menerima revisi outlook menjadi negatif, yaitu MDLN dan APLN.
Assistant Vice President Corporate Ratings Division Pefindo Niken Indriarsih memproyeksikan marketing sales yang melambat di sepanjang tahun lalu karena adanya kenaikan tingkat suku bunga membuat prospek properti kurang baik, meski pemerintah memberikan kebijakan insntif.
Analis PEFINDO, Yogie Surya Perdana menambahkan entitas properti yang menerima outlook negatif adalah perusahaan yang banyak menanggung harus tetap membangun apartemen yang belum semua unit terjual. Selain itu secara sektor, semakin ke sini permintaan properti untuk investasi pun berkurang.
Sedangkan pada divisi keuangan, PEFINDO mencatat di periode 1 Maret hingga 13 Mei dari 35 kegiatan pemeringkat, PEFINDO paling banyak memberikan rating idA pada 12 entitas.
Selanjutnya, rating idAAA diberikan pada 11 entitas, rating idAA diberikan pada 8 entitas, dan rating idBBB diberikan pada 4 entitas.
Berikut Berikut entitas keuangan yang mendapat rating idA dari Pefindo;
- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)
- PT Indomobil Finance Indonesia
- PT Chandra Sakti Utama Leasing
- PT Bank Sumut
- PT Penjamin Jamkrindo Syariah
- PT Bank Victoria International Tbk (BVIC)
- PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN)
- PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM)
- PT Reasuransi Syariah Indonesia
Berbeda dengan divisi korporasi, hasil kegiatan di divisi keuangan cenderung stabil. Senior Vice President Financial Institution Ratings Pefindo Hendro Utomo mengatakan kinerja sektor keuangan di kuartal I 2019 mayoritas catatkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Secara industri, pertumbuhan kredit di Februari tumbuh 12% dibanding tahun lalu yang hanya 6,7%. "Pertumbuhan kredit banyak didorong sektor produktif," kata Hendro, Rabu (15/5).
Dari sisi permodalan, data statistik perbankan Hendro katakan juga menunjukkan rasio CAR yang masih tebal di atas 20. Begitu pun dengan NIM yang masih cenderung tinggi di 4,8%.
Meski begitu, Hendro mengatakan tantangan pada sektor keuangan datang dari crowdfunding seperti penerbitan surat utang ritel pemerintah yang membuat likuiditas perbankan mengencang karena minat masyarakat terbagi pada produk tersebut.
Sedangkan dari sisi NPL masih terjaga meski naik tipis di 2,6% dari posisi akhir tahun lalu. "Ke depan kami melihat pertumbuhan kinerja sektor perbankan bisa terjaga di 11%-13%," kata Hendro.
Sementara untuk sektor pembiayaan, Hendro memproyeksikan pertumbuhan akan lebih moderat di 7%-10% di tahun ini.
Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana memproyeksikan ke depan sektor keuangan dan properti masih akan mendominasi penerbitan surat utang.
Sementara, untuk peringkat yang yang diberikan, Wawan mengatakan sektor keuangan akan lebih banyak berpotensi menerima rating tinggi daripada sektor lainnya karena memiliki cashflow yang lebih bisa dipastikan ke depannya.
"Yang dilihat investor adalah kemampuan perusahaan dalam mengatur cashflow karena obligasi tiap 3 bulan harus bayar kupon, dan cash flow sektor keuangan lebih kuat, jadi kalau pendapatan naik turun, investor bisa ragu, kecuali perusahaan tersebut didukung dengan induk grup yang besar," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News