Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sepanjang tahun ini, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih memimpin saham penggerak pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski harga saham UNVR hanya naik 10,7% sejak akhir 2014, emiten konsumer ini mengontribusi 29,3 poin terhadap indeks.
Analis melihat prospek saham dan bisnis UNVR tahun depan masih positif. Pasalnya, kondisi ekonomi diperkirakan akan lebih baik dan daya beli masyarakat naik. Sinyal pemulihan daya beli masyarakat tahun depan juga sudah mulai tampak.
"Ini sudah mulai tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen November lalu yang mulai naik," kata Ankga Adiwirasta, analis BNI Securities kepada KONTAN, Selasa (8/12).
Prospek positif UNVR ini juga dipengaruhi oleh kehadiran pabrik pengolahan crude palm kernel oil (CPKO) pertama UNVR yang resmi beroperasi November lalu. Pabrik yang dikelola PT Unilever Oleochemical Indonesia (UOI) di Sei Mangkei, Sumatra Utara, ini berkapasitas produksi 200.000 ton per tahun.
Pabrik ini menghasilkan produk turunan CPO, seperti fatty acid, surfactant, soap noodles dan glycerine. Produk tersebut akan digunakan dalam pembuatan sabun, sampo dan deterjen.
Ankga bilang, kehadiran pabrik ini akan memperkuat pasokan bahan baku UNVR dan menekan beban produksi. Maklum, selama ini UNVR membeli seluruh kebutuhan bahan baku yang ditaksir mencapai 500.000 ton per tahun.
Kendati demikian, Ankga memperkirakan kinerja UNVR tahun depan masih berpotensi melambat karena tekanan nilai tukar. Menurutnya, nilai tukar masih akan melemah pascakenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan dilakukan akhir 2015.
Ankga memperkirakan laba bersih UNVR tahun depan tumbuh sekitar 4,7%-5% menjadi Rp 6,6 triliun dan pendapatan diproyeksi tumbuh 12% menjadi Rp 41,7 triliun dari proyeksi tahun ini. "Ini masih bisa direvisi turun tergantung perkembangan," ujar dia.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee melihat, prospek UNVR tahun depan jauh lebih positif. Dia melihat saham-saham sektor konsumer akan tumbuh karena daya beli masyarakat yang membaik seiring dengan realisasi proyek pemerintah.
Biaya bahan baku impor juga akan terjaga karena kurs stabil. Tantangan UNVR menurut Hans lebih pada persaingan. Karena itu, UNVR harus berjuang mempertahankan pangsa pasar lewat iklan. "Dia harus rela margin jadi tipis untuk belanja iklan," ujar Hans.
Selain itu, dampak kehadiran pabrik oleochemical baru akan terasa dalam jangka panjang. Maklum saja, karena selama dua hingga tiga tahun pertama masih dalam tahap pengembalian modal.
Dang Maulida, analis Daewoo Securities, dalam riset 3 November 2015, memprediksi, pendapatan UNVR tahun depan akan mencapai Rp 42,16 triliun, tumbuh 10,5% dari perkiraan pendapatan tahun ini. Laba bersih diproyeksi naik 10,6% jadi Rp 6,52 triliun.
Maulida melihat prospek UNVR masih positif dengan adanya kemungkinan pemulihan ekonomi tahun depan dan kelincahan UNVR mempertahankan pangsa pasar. Analis sepakat merekomendasikan beli saham UNVR. Maulida memberi target harga Rp 44.900 per saham.
Sedang target harga Angkga dan Hans masing-masing Rp 43.500, dan Rp 41.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News