Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menguat tipis di awal pekan, nilai tukar rupiah diperkirakan melemah pada perdagangan Selasa (26/1). Penggerak mata uang Garuda diprediksi datang dari sentimen global.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (25/1) rupiah tercatat menguat 0,08% ke level Rp 14.023 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor), mata uang Garuda terkoreksi 0,19% ke level Rp 14.082 per dolar AS.
Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengungkapkan, penguatan rupiah yang terbatas terganjal oleh sentimen internal atau domestik. Penambahan kasus Covid-19 di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat masa pengetatan wilayah diperpanjang.
"Penguatan rupiah diperkirakan tidak akan bertahan lama karena investor menantikan bagaimana hasil rapat kebijakan Federal Reserve (The Fed) minggu ini," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Senin (25/1).
Baca Juga: Rupiah menguat 0,08% ke Rp 14.023 per dolar AS pada perdagangan Senin (25/1)
The Fed bakal mengawali rapat pertamanya tahun ini pada Selasa (26/1). Nanang memprediksi hampir dipastikan The Fed tidak akan mengubah suku bunga acuan pada 0%-0,25%. Namun, pasar juga menantikan bagaimana hasil rapat The Fed dan kebijakan moneter Negeri Paman Sam di tengah kondisi pandemi saat ini.
Meskipun begitu, kabar yang beredar mengindikasikan The Fed bakal memangkas pembelian aset atau quantitative easing sebesar US$ 120 miliar per bulan atau dikenal dengan tapering. Tapering dilakukan jika The Fed menimbang bahwa kondisi ekonomi AS mulai menunjukkan pemulihan.
"Hal inilah yang membuat pasar berhati-hati dalam mengambil posisi. Apalagi kepimpinan Presiden AS Joe Biden yang berpotensi menggelontorkan stimulus US$ 1,9 triliun bakal bertolak belakang dengan langkah The Fed jika benar melakukan tapering," kata Nanang.
Baca Juga: Rokok ilegal dikhawatirkan bakal makin subur akibat kenaikan cukai
Di samping itu, pasar juga tengah menantikan data PDB AS untuk kuartal keempat 2020 yang diperkirakan tumbuh 4,2% dari pertumbuhan 33,4% di kuartal ketiga.
"Kecenderungan melemah, rupiah besok masih terjebak pada kisaran Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.100 per dolar AS, dimana area support Rp 13.980 per dolar AS dan Rp 13.900 per dolar AS, sedangkan resistance Rp 14.100 per dolar AS dan Rp 14.130 per dolar AS," tandas Nanang.
Baca Juga: IHSG turun tiga hari beruntun hingga Senin (25/1), asing masih mencatat net buy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News