kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.287.000   27.000   1,19%
  • USD/IDR 16.718   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.337   18,53   0,22%
  • KOMPAS100 1.160   0,24   0,02%
  • LQ45 848   0,76   0,09%
  • ISSI 288   1,37   0,48%
  • IDX30 443   -2,30   -0,52%
  • IDXHIDIV20 511   -0,47   -0,09%
  • IDX80 130   0,11   0,09%
  • IDXV30 137   0,41   0,30%
  • IDXQ30 141   -0,81   -0,57%

Simak Prospek dan Rekomendasi Saham-saham Properti Jelang Akhir 2025


Jumat, 07 November 2025 / 06:03 WIB
Simak Prospek dan Rekomendasi Saham-saham Properti Jelang Akhir 2025
ILUSTRASI. Pengunjung mengamati maket hunian apartemen pada Pameran Pakuwon Properti Expo 2025 di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (16/10/2025). Pameran tersebut dalam rangka menyambut kebijakan pemerintah yang memperpanjang fasilitas Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100 persen untuk pembelian properti hingga 31 Desember 2027 demi menjaga daya beli kelas menengah dan mendukung sektor properti. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym.


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Belakangan, tenaga dari saham sektor properti kerap terlihat melemah. Sepanjang pekan lalu misalnya, sektor ini mencatatkan penurunan 2,6%. 

Sejatinya, sektor ini masih terlihat cukup kuat. Sejak awal tahun hingga Kamis (6/11), sektor properti tetap terlihat kuat dengan kenaikan kinerja 36,48% year to date. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan kinerja 17% untuk periode yang sama. 

Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia menilai, melandainya tenaga saham sektor properti belakangan ini lantaran market melihat sektor ini masih bergantung pada stimulus pemerintah. 

Jika dilihat dari kinerja kuartal III-2025, saham-saham properti menunjukkan kinerja beragam. Saham CTRA membukukan kenaikan laba bersih 27,6% year on year (YoY) dan margin yang membaik, sementara PWON bertahan lewat pendapatan berulang dari mal dan hotel meski marketing sales relatif datar. 

PANI mencatat pertumbuhan paling agresif, dengan pendapatan di akhir kuartal III-2025 melonjak 48,3% YoY menjadi Rp 3,1 triliun dan laba bersih naik 62,6% YoY ke Rp 791 miliar, didorong pengembangan kawasan PIK 2 yang berkontribusi besar terhadap arus kas dan ekuitas grup.

Di sisi lain, MTLA dan BSDE masih mencatat marketing sales kuat, tetapi laba bersih tertekan. BSDE misalnya mencatatkan marketing sales Rp 7,1 triliun atau sekitar 71% dari target. Tetapi, laba BSDE turun 49,6% karena keterlambatan serah-terima, margin konstruksi yang turun, dan kenaikan beban bunga.

Liza mengingatkan, ada perbedaan mendasar antara booking performance dan financial performance, di mana penjualan baru yang tinggi belum tentu langsung tercermin dalam laporan laba jika belum mencapai tahap pengakuan pendapatan.

"Jika penjualan baru tak segera menembus pipeline baru, risiko earnings stagnation di 2026 bisa muncul lebih cepat dari perkiraan," kata dia, Kamis (6/11).

Prospek dan katalis

Salah satu pendorong saham sektor properti ke depan adalah perpanjangan insentif PPN DTP hingga 31 Desember 2027. Pemerintah memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100% untuk pembelian rumah, yang diharapkan bisa mendorong penguatan daya beli masyarakat untuk hunian. 

Perpanjangan kebijakan pendukung bagi segmen rumah tapak menengah ini juga sekaligus mencerminkan daya beli masyarakat belum pulih cukup kuat untuk menopang pasar tanpa stimulus fiskal. "Pemerintah memilih menjaga policy-driven demand agar aktivitas konstruksi dan serah-terima tetap hidup," ujar Liza.

Positifnya, langkah ini memberi ruang waktu bagi pengembang untuk menghabiskan backlog dan menyesuaikan strategi produk. Namun sisi kritisnya, ketergantungan terhadap stimulus menandakan pemulihan sektor masih rapuh.

"Belanja rumah yaitu produk berbiaya mahal dan bersifat non-esensial, masih tertahan oleh tekanan biaya hidup dan pertumbuhan upah yang lambat," katanya. 

Dengan suku bunga domestik berpotensi turun pada 2026 dan stimulus masih aktif, emiten dengan portofolio landed houses di bawah Rp 2 miliar dan backlog siap serah-terima akan mencatat performa stabil. 

Namun untuk menggaet segmen atas, pengembang perlu berinovasi pada value creation: proyek berkonsep eksklusif, kolaborasi global, serta narasi gaya hidup premium—bukan sekadar andalkan potongan PPN. Salah satu jagoan di kelas ini yaitu PIK2.

"Tahun 2026 bukan masa euforia, melainkan masa penyaringan, siapa yang mampu bertahan lewat inovasi model bisnis dan strategi produk, bukan sekadar bergantung pada insentif pemerintah," kata Liza.

Rekomendasi Saham

Berikut sejumlah rekomendasi saham teknikal dari Kiwoom Sekuritas Indonesia. Namun, perlu diingat, rekomendasi ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham properti tertentu. Sesuaikan keputusan investasi dengan profil risiko masing-masing. 

1. CTRA : bottoming phase dalam pattern Ascending Triangle. 
POTENTIAL : jika MA10 & MA20 goldencross, early stage uptrend dimulai. 
ADVISE : SPECULATIVE BUY ; AVERAGE UP >900. 
TARGET awal: 930 , disambung ke : 985 -1010. 
support : 885-870.

 

2.PANI : uptrend, tetapi belakangan dalam tren sideways. 
support : 14200-14000 / 13400-13000
resistance : 15800 / 16500-16750 / 19000. 
ADVISE : AVERAGE UP gradually. 

 

3. PWON : tren sideways, perlu pendorong untuk mendobrak 380-384. Jika berhasil tercapai, bisa AVERAGE UP / beli agak banyak. 
next TARGETS / ressitance : 398-406 / 424
support : 366 / 348. 
ADVISE : AVERAGE UP accordingly.

 

4. MTLA : relatif uptren
support : 420 / 400
resistance : 434-446  ==>  ADVISE : AVERAGE UP jika break out level tsb. 
TARGET : 468 / 480 / 500-510. 

 

5.BSDE : menunggu tren kenaikan 
ADVISE : BUY ON BREAK / AVERAGE UP >970. 
TARGET / urutan resistance : 1000 / 1030 / 1085.
support : 950 / 925 / 900-880

 

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca BMKG Banten 7-15 Nov 2025: Siapkan Payung!

Menarik Dibaca: Hemat Maksimal dengan Promo A&W Weekend Deals 7-9 November, Ada Free Cheeseburger

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×