kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Mengintip indeks saham Pefindo25, IDX SMC Composite, IDX SMC Liquid


Kamis, 15 Maret 2018 / 06:25 WIB
Mengintip indeks saham Pefindo25, IDX SMC Composite, IDX SMC Liquid


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih cukup berat untuk bangkit. Diterpa sentimen global dari Amerika Serikat, membuat indeks terkulai lemah.

Pada perdagangan Kamis (14/3) saja, indeks kembali ditutup melemah. Alhasil IHSG masih tumbuh tipis 0,42% sejak awal tahun. Namun sejumlah indeks acuan justru berhasil mencetak pertumbuhan. Siapa sajakah?

Dalam penelusuran KONTAN, ada tiga indeks acuan dengan pertumbuhan terbesar di antara indeks acuan saham lainnya.

Yakni ada indeks Pefindo25 yang naik 8,81%, indeks IDX SMC Composite yang naik 5,98% dan indeks IDX SMC Liquid yang naik 4,83%.

Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, setiap saham yang masuk dalam indeks telah diukur berdasarkan standar tertentu.

Dia menilai wajar, bila saham dalam indeks tersebut kinerjanya bisa lebih tinggi daripada IHSG.

Pasalnya, saham pilihan dalam indeks sudah diseleksi dan jumlahnya terbatas. Sedangkan dalam IHSG terdapat lebih dari 540 emiten.

“Return indeks Pefindo25, SMC Likuid, dan SMC Composite bobot saham lebih sedikit. Biasanya lebih tinggi dari return IHSG,” kata Bertoni kepada KONTAN, Rabu (14/3).

Emiten yang masuk kategori second liner dan masuk dalam indeks bisa dicermati di antaranya seperti BCIP, BKSL, AGRO, AISA, dan GJTL.

Dia menilai koreksi yang terjadi belakangan pada indeks merupakan koreksi sehat. Seiring dengan kenaikan pada sektor perbankan dan pertambangan sebelumnya.  Sehingga wajar bila pelaku pasar memanfaatkan sentimen negatif eksternal untuk profit taking.

“Mengikuti pelemahan bursa eksternal, pelemahan harga komoditas, pelemahan rupiah terhadap dollar AS,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×