Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Pada perdagangan perdana ini hanya ada produk yang diperdagangkan PT Pertamina Power Energi alias Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE).
Adapun Pertamina NRE menawarkan Unit Karbon dari Proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) di harga Rp 69.600 dan Rp 70.000.
Sepanjang perdagangan ada 27 transaksi dengan total volume mencapai 459.953 ton CO2e berasal dari 15 pengguna jasa dengan nilai transaksi senilai Rp 29,20 miliar.
Baca Juga: Jokowi Optimistis Indonesia Bisa Menjadi Poros Karbon Dunia
Jeffrey merasa bersyukur atas pencapaian di hari perdana perdagangan bursa karbon. Raihan ini merupakan awal yang baik bagi Bursa Karbon Indonesia.
"Di hari pertama volume perdagangan bursa karbon tetangga hanya di kisaran 150.000 ton CO2e karbon, sementara Indonesia hampir tiga kali lipat di hari pertama," ujar dia.
Pakar Investasi dan Sustainability Rio Christiawan menilai bursa karbon di Indonesia berpotensi menjadi salah satu bursa terbesar di dunia, potensi karbon dalam negeri masih besar.
"Volume blue carbon dan green carbon yang dapat dihasilkan di Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia," jelas Rio kepada Kontan, Selasa (26/9).
Baca Juga: Potensi Hingga Rp 3.000 Triliun, Jokowi Optimistis RI Bisa Jadi Poros Karbon Dunia
Untuk memperbesar volume perdagangan, Rio menilai Indonesia perlu mengatasi persoalan over regulated pada industri karbon dan perlu mempermudah pengurusan perizinan restorasi ekosistem.
Memang saat ini bursa karbon belum tentu optimal, tetapi Rio menilai volume penjualan karbon berangsur-angsur akan meningkat pada 2025 ke atas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News