CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Mengapa belum ada startup unicorn Indonesia yang melantai di bursa?


Sabtu, 26 Oktober 2019 / 10:20 WIB
Mengapa belum ada startup unicorn Indonesia yang melantai di bursa?
ILUSTRASI. Sejumlah karyawan mengamati layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/10/2019). Sejak tahun lalu, banyak startup bervaluasi besar seperti Bukalapak, Tokopedia, Gojek dikabarkan akan masuk bursa.


Sumber: Kompas.com | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - LOMBOK. Sejak tahun lalu, banyak perusahaan rintisan (startup) terutama yang sudah bervaluasi besar seperti Bukalapak, Tokopedia, hingga Gojek yang dikabarkan akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Namun hingga kuartal III tahun ini, belum ada startup unicorn (valuasi di atas US$ 1 miliar) maupun decacorn (valuasi US$ 10 miliar) yang melantai di bursa dalam negeri.

Kepala Eksekutif Pengawasa Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan, salah satu faktor yang membuat perusahaan sejenis startup cenderung enggan untuk mencatatkan sahamnya karena tingginya tingkat persaingan di antara para pelaku usaha.

"Ini dugaan saya, kalau startup itu sekarang IPO jadi transparan. Padahal itulah kompetitif mereka, soal ranah bsinis mereka seperti apa," ujar Hoesen dalam acara sharing session antara OJK dengan SRO pasar modal di Lombok, Jumat (25/10).

Baca Juga: Banyak emiten baru berukuran kecil dan menengah, ini kata OJK

Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk memperjual belikan sahamnya di bursa, artinya dia harus benar-benar transparan, baik dari dalam rencana bisnis, pengelolaan, hingga kondisi keuangan perusahaan. Padahal selama ini, di dalam iklim startup, kompetisi yang terjadi adalah bagaimana setiap dari pelaku usaha bisa menelurkan inovasi-inovasi terbaru.

"Kan kayak peer to peer begitu, mereka jadi ketahuan kan (rahasianya), jadi bisa dibuatin tuh ratusan hingga ribuan bisa membuat aplikasi yang sama," ujar Hoesen.

"Gojek, Grab kan juga aplikasinya gitu-gitu aja. Jadi kadang-kadang untuk jadi IPO harus jadi transparan dan itu kelihatan bukunya, margin dari mana dan sebagainya. Itu mungkin rahasia dapurnya," tambah dia.

Baca Juga: BEI catat satu perusahaan siap IPO melalui papan akselerasi pada Desember 2019

Hoesen pun tak muluk-muluk berharap startup untuk melantai di bursa saham.

Adapun di luar negeri, beberapa perusahaan rintisan berbasis teknologi tahun ini memutuskan untuk melantai di bursa saham. Contohnya saja Uber dan Lyft, perusahaan ride hailing yang harga sahamnya justru terus terdepresiasi lantaran perusahaan-perusahaan tersebut belum berhasil membukukan laba.

Satu tahun terakhir, santer berhembus kabar beberapa perusahaan rintisan dalam negeri juga akan mencatatkan sahamnya di bursa. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah Bukalapak, Tokopedia, Gojek, dan Traveloka.

Baca Juga: Erick Thohir Jadi Menteri BUMN, Saham Emiten BUMN Naik

Penulis: Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Unicorn Indonesia Belum Ada yang Melantai di Bursa, Kenapa?".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×