kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Banyak emiten baru berukuran kecil dan menengah, ini kata OJK


Jumat, 25 Oktober 2019 / 19:15 WIB
Banyak emiten baru berukuran kecil dan menengah, ini kata OJK
ILUSTRASI. OJK mengakui adanya shifting kebijakan terkait masuknya perusahaan kecil menengah untuk melantai di bursa. KONTAN/Fransiskus Simbolon/21/05/2019


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - LOMBOK. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui adanya shifting kebijakan terkait masuknya perusahaan kecil menengah untuk melantai di bursa. Pergeseran ini terjadi karena perusahaan kecil menengah lebih suka pertumbuhan non-organik dengan akuisisi atau merger.

Direktur Pasar Modal OJK Hoesen menjelaskan kalau melihat tiga tahun belakangan ini, small and medium sized enterprised (SME) memang banyak yang melakukan aksi korporasi initial public offering (IPO). "Hal ini terjadi karena perusahaan dengan pertumbuhan organik yang bagus di Indonesia masih terbatas," kata Hoesen, Jumat (25/10).

Baca Juga: Lion Parcel berharap bisa IPO tahun 2021

Hoesen melihat dari sejarah berdirinya bursa, pada tahun 90-an emiten yang pertama listing seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Semen Cibinong yang kini bernama PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) punya pertumbuhan organik yang tinggi. Namun, semakin ke sini kebanyakan perusahaan lebih menyasar pertumbuhan non-organik atau lebih suka melakukan merger dan akusisi. Cara ini dinilai lebih mudah untuk meningkatkan size perusahaan dibandingkan ekspansi organik yang butuh modal yang besar dan waktu lama.

Hoesen mengakui nature bisnis perusahaan kecil menengah di tengah keadaan saat ini memang dengan cara non-organik atau dengan akuisisi. Hal ini dicerminkan dengan aksi korporasi rights issue yang tercatat lebih banyak dibanding IPO.

Baca Juga: BEI catat satu perusahaan siap IPO melalui papan akselerasi pada Desember 2019

Menurut Hoesen, inilah yang perlu diperhatikannya ke depan. Sebab pertumbuhan non-organik dengan rights issue bukanlah tujuan OJK. Oleh karenanya, Bursa Efek Indonesia membuat kebijakan yang lebih ketat tentang rights issue dan private placement. Bagi perusahaan yang mau melakukan penawaran umum tanpa HMETD harus RUPS independen. Adapun kalau mau merger akuisisi publik harus diberikan peluang untuk keluar dulu.

Hoesen bilang, walaupun pertumbuhan non-organik makin digandrungi emiten, BEI dan OJK akan terus memperbarui peraturan untuk melindungi investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×