Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) memang masih menjadi jawara di industri otomotif Indonesia. Cuma, kue bisnisnya saat ini perlahan mulai tergerus.
Dalam riset per 27 Juni, analis Ciptadana Sekuritas Asia, Arief Budiman menyebut, volume penjualan mobil ASII per Mei 2018 turun 7,7% dibanding tahun sebelumnya menjadi 241.600 unit. Padahal, volume penjualan mobil secara domestik meningkat 5,8% menjadi 494.700 unit di waktu yang sama.
Akibatnya, pangsa pasar mobil ASII Mei lalu hanya mencapai 48,8%. Angka ini lebih rendah ketimbang bulan yang sama di tahun sebelumnya sebesar 56%.
ASII juga mencatatkan pertumbuhan volume penjualan sepeda motor sebesar 12,7% menjadi 1,74 juta unit hingga Mei 2018. Tapi, pertumbuhan volume penjualan sepeda motor secara domestik juga tinggi, bahkan mencapai 13,2% menjadi 2,63 juta unit.
Alhasil, pangsa pasar sepeda motor ASII hanya sebesar 74,8% per Mei 2018. Angka ini turun tipis 0,2% dibandingkan Mei 2017 yang mencapai 75%.
Menurut Arief, penurunan pangsa pasar kendaraan bermotor ASII ini tak lepas dari persaingan bisnis yang meningkat. Memang, Toyota yang menjadi produk andalan ASII masih menyandang sebagai pemilik pangsa pasar terbesar di Indonesia, dengan perolehan 29% per Mei lalu.
Namun, posisinya diancam oleh Mitsubishi Xpander yang mampu mencatatkan volume penjualan sebanyak 90.200 unit. Merek mobil ini menduduki peringkat kedua dengan pangsa pasar sebesar 18,2%.
Pangsa pasar Mitsubishi lebih tinggi ketimbang Daihatsu yang selama ini turut menjadi andalan ASII. Volume penjualan Daihatsu hanya mencapai 88.200 unit dengan pangsa pasar sebesar 17,8%.
Suzuki juga sukses mendorong penjualan. Pertumbuhan volume penjualan Suzuki mencapai 36,4% menjadi 12.600 unit hingga Mei. Pangsa pasar Suzuki baru 10,8%, namun posisinya mengancam Honda yang di periode serupa mengalami penurunan volume penjualan hingga 20% menjadi 67.700 unit, dengan pangsa pasar sebesar 13,7%.
Bisnis alat berat
Arief menilai, persaingan kian ketat setelah Mitsubishi berencana meningkatkan kapasitas produksi bulanan Xpander dalam waktu dekat menjadi 10.000 unit. “Kami melihat tren peningkatan Mitsubihi dan Suzuki menimbulkan ancaman nyata terhadap posisi ASII,” sebut dia.
Kepala Riset Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menambahkan, kinerja ASII ke depannya tidak hanya dipengaruhi persaingan industri otomotif. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia juga perlu dicermati. Hal ini akan mendongkrak suku bunga kredit perbankan dan bisa mempengaruhi penjualan kendaraan, yang masih mengandalkan kredit. “Seberapa besar pengaruhnya akan terlihat di kuartal tiga dan empat tahun ini,” ujar Alfred, kemarin.
Terlepas dari itu, Alfred melihat prospek bisnis ASII ke depan masih cukup cerah. Kebijakan di bidang transportasi, seperti ganjil-genap di Jakarta dan rencana kenaikan tarif tol, belum akan mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor ASII. “Kecuali, kalau di saat yang sama ada perbaikan dari moda transportasi umum sehingga masyarakat beralih dari kendaraan pribadi,” ucap dia.
Di samping itu, ASII juga masih bisa mengandalkan lini bisnis lainnya yang terbukti menguntungkan. Salah satunya adalah bisnis alat berat dan pertambangan lewat anak usahanya, PT United Tractors Tbk (UNTR).
Alfred bilang, tren kenaikan harga komoditas secara langsung membuat kebutuhan terhadap alat berat meningkat, guna menunjang proses penambangan. Berdasarkan catatan KONTAN, ASII telah mengalokasikan belanja modal mencapai Rp 29 triliun, yang mana Rp 12 triliun di antaranya dialirkan kepada UNTR.
Setali tiga uang, Analis Kresna Sekuritas Franky Rivan juga yakin kinerja ASII bisa meningkat di tahun ini. Hitungan dia, pendapatan ASII akan meningkat 8,6% njadi Rp 223,81 triliun akhir tahun nanti. Adapun laba bersih perusahaan ini diramal naik 8,6% menjadi Rp 25,15 triliun. Ia merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga Rp 9.100 per saham.
Senada, Alfred merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga Rp 8.570 per saham. Di sisi lain, Arief merekomendasikan tahan saham ASII dengan target harga Rp 7.550 per saham, lantaran harga saham emiten ini telah terkoreksi lebih dari 20% tahun ini. Kemarin, ASII ditutup di Rp 6.300 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News