Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
Investor ritel umumnya pun tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini, masyarakat yang memegang saham WSKT sebanyak 7,1 miliar saham atau setara dengan 24,64% dari total saham WSKT.
“Seharusnya, waktu membeli saham WSKT, investor sudah mengerti terkait risiko investasi di saham.
Untuk investor surat utang WSKT, mereka masih bisa mengharapkan likuidasi dari bagian mereka.
“Tetapi, kalau yang terjadi hanya restrukturisasi utang lagi, bisa makin lama pengembalian investasi para investor obligasi ini,” ungkapnya.
Baca Juga: Terancam Delisting, Begini Kinerja Keuangan Envy Technologies (ENVY) Tahun 2023
Terkait rencana peleburan WSKT dengan Hutama Karya (HK), Budi melihat, nilai sekarang (present value) WSKT sangat rendah.
“Proses peleburan juga masih wacana. Masing-masing pihak punya kesulitan dan keberatan dari stakeholder. Valuasi masing-masing perusahaan belum tentu sesuai harapan,” paparnya.
Sebagai salah satu strategi upaya penyelamatan WSKT, Budi pun menggarisbawahi peran pemerintah sebagai pemegang saham pengendali. Ini juga harus disertai dengan kesediaan WSKT untuk melakukan divestasi aset.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, peringatan potensi delisting dari Bursa merupakan bagian dari proses mandatori yang berjalan memenuhi ketentuan Bursa.
Keseriusan pada restrukturisasi utang juga bukan ditujukan kepada manajemen WSKT tapi kemauan dari Pemegang saham mayoritas, yaitu Pemerintah melalui Kementerian BUMN.
“Jika melihat sampai saat ini belum ada progres yang signifikan, Pemerintah yang tidak serius menangani masalah BUMN Karya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/5).
Meskipun begitu, Alfred melihat WSKT masih bisa selamat. Apalagi, pada periode pemerintahan baru, para penerus terlihat masih peduli pada pembangunan infrastruktur. Artinya jasa WSKT masih dibutuhkan.
“Belum lagi (peran) dari swasta dan juga ekspansi bisnis yang sudah bisa dilakukan WSKT. Jadi, bisnis WSKT ke depannya bukan bisnis suram,” paparnya.
Baca Juga: Turun 82,33%, META Bukukan Pendapatan Rp 72,61 Miliar pada Kuartal I-2024
WSKT dilihat masih memiliki aset yang bisa dimonetisasi dan disertai posisi ekuitas yang masih positif. Alfred melihat, upaya yang harus dilakukan WSKT terkait dengan likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.
Artinya, restrukturisasi harus segera dituntaskan agar tekanan utang berkurang. Monetisasi lewat divestasi harus direalisasikan. Lalu, pengawasan operasional juga harus ditekankan.
“Bisnis atau sektor konstruksi di Indonesia masih punya demand kuat ke depan. Jadi, pemain konstruksi masih punya ruang untuk tumbuh apalagi dengan status BUMN dan kategori WSKT sebagai pemain utama di jasa konstruksi,” ungkapnya.