kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,66   5,02   0.54%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong Nasib Komoditas Energi di Tengah Ancaman Resesi


Selasa, 21 Juni 2022 / 17:42 WIB
Meneropong Nasib Komoditas Energi di Tengah Ancaman Resesi
ILUSTRASI. Ilustrasi harga minyak dunia. REUTERS/Nick Oxford/File Photo


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketakutan akan resesi mulai menghantui pasar komoditas energi setelah The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps. 

Pasca keputusan tersebut, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang sempat menyentuh US$ 120 per barel, kini berada di level US$ 110 per barel. Sementara harga gas alam juga berada dalam tren penurunan, dari US$ 9,66 per mmbtu menjadi US$ 6,7 per mmbtu.

Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim menjelaskan, hal tersebut tidak terlepas dari kekhawatiran pasar yang menilai resesi akan berimbas pada berkurangnya permintaan dalam waktu dekat. 

Tak pelak, investor pun menarik diri dari pasar energi karena alasan tersebut. 

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Berpotensi Melemah Seiring Resesi Ekonomi

“Namun, turunnya harga komoditas bisa menjadi indikator inflasi akan dapat melambat, dan hal tersebut merupakan yang dibutuhkan pasar saat ini,” jelas Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (21/6).

Dalam jangka pendek, Ibrahim memperkirakan kekhawatiran akan resesi bisa membuat harga komoditas energi berguguran seiring dengan turunnya permintaan. Hanya saja, ia melihat batubara masih akan cukup sulit untuk mengalami koreksi harga dengan perkembangan saat ini.

Pasalnya, batubara kini menjadi pilihan berbagai negara Uni Eropa sebagai alternatif pengganti gas alam. Teranyar, Jerman, Belanda, dan Austria juga memutuskan untuk menggunakan batubara sebagai sumber pembangkit listrik. Dengan kekosongan pasokan dari Rusia, namun permintaan justru meningkat, harga batubara masih akan terjaga dalam jangka pendek.

Tapi di satu sisi, Ibrahim menilai selama konflik Rusia-Ukraina masih terus berlanjut, maka akan cukup sulit mengekspektasikan harga minyak dunia bisa turun ke bawah level US$ 100 per barel, harga gas alam turun di bawah US$ 8 per mmbtu. 

“Jadi selain resesi, faktor utama yang bisa menurunkan harga komoditas energi itu adalah berakhirnya perang Rusia-Ukraina sehingga memulihkan keberadaan pasokan,” imbuh Ibrahim.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Hampir 1% Disokong Kehati-hatian Pasar Atas Pasokan yang Ketat

Pada akhir tahun ini, Ibrahim memperkirakan harga batubara masih akan berada di kisaran US$ 300 per ton, lalu harga gas alam ada di kisaran US$ 9 per mmbtu, dan minyak dunia ada di kisaran US$ 100 per barel. 

Sementara Founder Traderindo.com Wahyu Laksono memproyeksikan harga batubara akan berada di area US$ 400 per ton. Sementara untuk harga gas alam dan minyak dunia masing-masing US$ 7,5 per mmbtu dan US$ 115 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×