Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi di Indonesia yang tercermin melalui posisi credit default swap (CDS) berpeluang kembali turun sekaligus naik di kuartal III-2018. Hal ini bergantung dari pengaruh sentimen-sentimen eksternal dan internal yang mempengaruhi pasar finansial Indonesia.
Sebagai informasi, CDS Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di level 116,29 atau turun 14,61% secara month to date (mtd) hingga Selasa (17/7). CDS Indonesia tenor 10 tahun juga turun 10,90% (mtd) ke level 195,71 hingga Senin (16/7).
Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra berpendapat, hingga akhir bulan nanti CDS Indonesia kemungkinan masih bisa turun walaupun sifatnya terbatas. Selain disebabkan oleh stabilnya pergerakan rupiah, penurunan tersebut juga didukung oleh data ekonomi Indonesia yang positif pada bulan ini.
Ambil contoh, data inflasi Indonesia di bulan Juni yang masih stabil di level 3,12% (yoy). Pada bulan yang sama, neraca dagang Indonesia juga berhasil surplus US$ 1,7 miliar.
CDS Indonesia pun masih berpeluang bergerak stabil hingga menjelang akhir kuartal ketiga nanti mengingat sentimen kenaikan suku bunga acuan AS tergolong minim. Ini mengingat kenaikan tersebut baru akan terjadi pada September mendatang.
Sehingga ada ruang bagi CDS Indonesia untuk terus bergerak stabil. “Kalau neraca dagang kembali surplus di bulan berikutnya, ini bisa menambah katalis positif bagi CDS Indonesia,” kata Made, hari ini.
Memang, tak menutup kemungkinan pula bahwa CDS Indonesia masih bisa meningkat dalam waktu dekat. Sebab, para pelaku pasar sejatinya masih diliputi oleh ketidakpastian soal perang dagang yang melibatkan AS dan negara-negara besar lainnya.
Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga menilai, perang dagang berpotensi membuat suatu negara yang terlibat sengaja melakukan devaluasi mata uangnya agar selamat dari konflik tersebut. Hal ini pernah terjadi pada akhir Juni lalu ketika China sengaja melemahkan mata uang yuan untuk kepentingan perang dagang. Imbasnya, rupiah dan mata uang negara emerging market lainnya ikut melemah.
“Jika kejadian seperti itu kembali terulang, investor akan memburu dollar AS lagi dan timbul capital outflow. Imbasnya, CDS Indonesia bisa meningkat,” kata Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News