Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di saat pasar diterpa berbagai sentimen, manajer investasi kerap merombak portofolio reksadana campuran mereka. Keleluasaan dalam meracik reksadana campuran sesuai kondisi market menjadi salah satu keunggulan jenis produk ini.
Begitu pula dengan produk reksadana campuran Danareksa Anggrek Fleksibel kelolaan PT Danareksa Investment Management (DIM). Marsangap P Tamba, Direktur Investasi DIM menjelaskan, di tengah kondisi pasar yang kurang menggembirakan, mereka mendiversifikasi portofolio ke aset yang tidak volatile seperti instrumen pasar uang, yakni deposito maupun obligasi korporasi dengan tenor kurang dari setahun.
Sayangnya, ia belum dapat mengungkapkan berapa porsi yang digeser menjadi instrumen pasar uang untuk produk Danareksa Anggrek Fleksibel. Yang jelas, di saat market belum pulih benar, mereka mencermati situasi serta dengan berusaha mengambil posisi defensif.
Makanya hingga Agustus 2015, return reksadana Danareksa Anggrek Fleksibel tercatat minus 7,52%. Pencapaian tersebut lebih baik ketimbang rata-rata return reksadana campuran, tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index yang minus 9,17% pada periode sama. “Kami aktif melakukan rebalancing baik antar kelas aset maupun di dalam kelas aset itu sendiri,” jelasnya.
Asal tahu saja, per Juli 2015, sebanyak 50,85% aset dasar Danareksa Anggrek Fleksibel diputar dalam instrumen pasar uang. Sekitar 41,67% diparkir dalam efek saham. Sisanya, sebanyak 7,48% berupa obligasi pemerintah dan korporasi.
Sejatinya, manajer investasi leluasa menempatkan portofolio Danareksa Anggrek Fleksibel di efek saham maksimal hingga 79%, di efek obligasi maksimal 79%, atau di efek pasar uang maksimal 79%.
“Makanya pada saat market volatil, reksadana campuran bisa melakukan swing asset class dari saham, obligasi, atau pasar uang. Produk ini ditujukan bagi investor yang ingin memperoleh pertumbuhan nilai investasi optimal dalam jangka panjang,” paparnya.
Dengan strategi tersebut, lanjut Marsangap, DIM berupaya untuk memberikan return Danareksa Anggrek Fleksibel di akhir tahun 2015 sesuai pergerakan indeks dan tingkat imbal hasil obligasi.
Per Juli 2015, produk yang meluncur pada 17 Mei 2004 ini diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 3.243,81. Di saat yang sama, jumlah dana kelolaan produk ini sudah mencapai Rp 26,39 miliar.
Investor bisa mengoleksi reksadana ini dengan investasi awal minimal Rp 100.000. Pembelian selanjutnya juga minimal Rp 100.000.
DIM mengutip biaya pembelian maksimal 3% dari nilai transaksi. Sedangkan biaya penjualan kembali (redemption) maksimal 0,5%. Selain itu, perusahaan juga mengenakan biaya manajemen maksimal 1,5%. Produk ini menggunakan bank kustodian Citibank, N.A.
Viliawati, analis Infovesta Utama menilai, kinerja reksadana ini tertopang penempatan portofolio yang relatif berimbang antara efek saham dan instrumen pasar uang. “Alokasi ini memberikan dampak positif karena penurunan return reksadana tertahan akibat adanya buffer dari pasar uang,” jelasnya.
Kendati pasar saham masih berbalut sentimen negatif dalam jangka pendek, penempatan portofolio pada instrumen pasar uang yang cukup signifikan dapat menggenjot return. Oleh karena itu, Viliawati menerawang di akhir tahun 2015, return reksadana Danareksa Anggrek Fleksibel akan sedikit lebih baik ketimbang rata-rata reksadana campuran yang diprediksi minus 5% hingga minus 2%.
Ia menyarankan para investor menggenggam produk ini sekitar tiga hingga lima tahun agar dapat memperoleh return maksimal. Produk ini lebih sesuai untuk investor dengan profil risiko moderat,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News