kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menelisik saham lapis kedua layak koleksi


Jumat, 05 Mei 2017 / 11:58 WIB
Menelisik saham lapis kedua layak koleksi


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mencatat kenaikan 7,04% sejak awal tahun hingga penutupan kemarin (4/5). Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) masih optimistis IHSG bisa mencapai level 6.000 di akhir tahun ini.

Seiring kenaikan IHSG tersebut, harga saham-saham big caps juga naik cukup tinggi. Dari 45 saham paling likuid di bursa saham, cuma 15 saham yang harganya turun dibandingkan posisi akhir tahun lalu.

Kalau Anda merasa harga saham-saham big caps sudah mahal, cobalah melirik saham second liner. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Bima Setiaji mengatakan, saham-saham second liner masih menarik.

Beberapa emiten lapis kedua layak dipertimbangkan masuk dalam portofolio lantaran mendapat sentimen positif dari datangnya bulan Ramadan, terutama emiten konsumsi seperti AISA dan ROTI, serta emiten ritel seperti ACES, MAPI dan RALS, serta poultry seperti JPFA. "Emiten ini secara musiman akan bagus, sejak sebelum dan selama bulan puasa sampai menjelang lebaran," kata Bima, Kamis (4/5).

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyatakan kontribusi saham second liner terhadap pergerakan bursa saat ini cukup besar, meski tidak sesignifikan saham big caps. Ia merekomendasikan saham MEDC dengan target harga terdekat di Rp 3.040 dan support di Rp 2.530, serta MLPL dengan target harga terdekat di Rp 320 dan support Rp 290.

Meski sepakat prospek saham lapis kedua masih menarik, para analis mengingatkan risiko saham-saham ini lebih tinggi ketimbang saham kapitalisasi besar. Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim menuturkan, saham lapis kedua lebih rentan terpengaruh kondisi makroekonomi ketimbang big caps.

Banyak saham second liner yang pada satu waktu sukses mencatatkan kinerja luar biasa sehingga sahamnya pun naik signifikan. Tapi, waktu krisis, kinerjanya tiba-tiba anjlok sehingga harga sahamnya terjerembab.

Karena itu, investor tetap perlu memperhatikan fundamental dan valuasi saham second liner yang diincar. "Kami merekomendasikan investor untuk melihat dengan cermat fundamental dan valuasi dari emiten small caps sebelum membuat keputusan investasi," kata Taye.

Selain itu, Achmad menyarankan investor tidak menempatkan dana terlalu besar di saham second liner. "Tergantung kita mau jadi apa, apakah investor atau trader," jelas dia.

Achmad menilai investor tetap perlu menempatkan sebagian dana di saham blue chip. "Tetap ada porsi saham blue chip, terutama emiten yang secara historis pertumbuhannya baik dari tahun ke tahun," papar dia.

Emiten blue chip memiliki kinerja stabil dan konsisten, hampir tidak ada volatilitas seperti kinerja emiten lapis kedua. Kinerja saham blue chip yang terkesan naik pelan-pelan, bila dicermati terus naik dari waktu dan waktu dan biasanya hanya turun jika IHSG turun.

Jadi, kalau Anda tertarik masuk ke saham second liner, pilih sahamnya dengan cermat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×