kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Menelisik reksadana saham First State Investment


Selasa, 12 Mei 2015 / 07:16 WIB
Menelisik reksadana saham First State Investment
ILUSTRASI. BMKG mengeluarkan peringatan terkait potensi cuaca ekstrem pada periode 25 November hingga 1 Desember 2023. KONTAN/Baihaki


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Manajer investasi (MI) memanfaatkan peluang setelah harga saham berguguran akhir bulan lalu. Salah satunya PT First State Investment (FSI) Indonesia. MI ini memburu saham-saham kapitalisasi pasar besar dengan harga cukup murah.

Strategi tersebut diterapkan pada produk reksadana saham bernama First State IndoEquity Sectoral Fund yang diluncurkan pada 18 Januari 2005. Pemilihan saham yang akan dijadikan aset dasar menggunakan strategi bottom up, yakni langsung mencari saham emiten-emiten dengan kriteria tertentu.

Distribution Channel Manager FSI Tandy Cahyadi mengatakan, ada tiga kriteria pemilihan saham untuk reksadana ini. Pertama, pendapatan usaha emiten yang cukup baik. Kedua, pengelolaan perusahaan yang profesional. Ketiga, dari segi valuasi harga sahamnya cukup menarik.

Tak lupa, kapitalisasi saham itu tidak terlalu rendah agar likuiditasnya bagus. "Percuma jika kinerja sudah bagus, tapi kesulitan menjual aset dasarnya. Kami mau yang likuid dan punya potensi bagus," papar Tandy.

Setelah pasar saham mengalami koreksi hebat akhir bulan lalu, Tandy bilang, First State IndoEquity Sectoral Fund fokus memburu saham-sahamĀ  dengan kapitalisasi besar. Mayoritas saham yang dipilih berasal dari sektor keuangan. Alasannya, banyak emiten perbankan memiliki likuiditas yang semakin longgar.

Selain itu, emiten sektor keuangan memiliki tingkat kredit macet yang relatif rendah. "Dari segi pendekatan bottom up, emiten perbankan memenuhi kriteria, semua aspeknya baik. Tapi terus kami monitor," jelas Tandy.

Menurutnya, mayoritas aset dasar di sektor keuangan masih akan dipertahankan dalam jangka panjang. Maklum, pemilihan saham dengan pendekatan fundamental cocok untuk investasi jangka panjang.

Produk reksadana ini terbilang agresif mengoleksi efek saham. Akhir Maret 2015, porsi sahamnya mencapai 97,7% dari total dana kelolaan per akhir Maret 2015. Menurut Tandy, porsi aset dasar saham saat ini juga tidak banyak berubah.

Ia memandang, potensi perekonomian Indonesia masih relatif bagus dalam jangka panjang. Sejumlah program Presiden Jokowi, terutama di bidang infrastruktur, berpotensi mendorong perbaikan ekonomi Indonesia ke depan. "Kami harus ada di momentum ini dengan tetap agresif di saham," imbuhnya.

Per 8 Mei 2015, nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan produk ini sebesar Rp 5.467,83. Artinya, produk ini telah memberi imbal hasil 446,78% sejak diterbitkan. Sepanjang tahun ini, Tandy berharap reksadana ini bisa mencapai return tahunan sekitar 12% hingga 15%.

Akhir Maret lalu, dana kelolaan produk ini mencapai Rp 1,3 triliun. Tandy tak memasang target spesifik dana kelolaan akhir tahun ini. "Kami harapkan bisa bertambah dengan bantuan para agen penjual," paparnya.

First State IndoEquity Sectoral Fund mengutip biaya pembelian, penjualan dan pengalihan unit penyertaan sebesar masing-masing maksimal sebesar 2%. Adapun biaya manajemen dipungut maksimal 3% per tahun. Lalu, biaya bank kustodian senilai maksimal 0,25% per tahun.

Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, strategi bottom up merupakan strategi yang mengesampingkan kondisi pasar lantaran lebih fokus pada fundamental emiten. Pada kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) konsolidasi seperti saat ini, strategi tersebut cocok diterapkan untuk mencari saham-saham dengan fundamental baik tapi harga sahamnya murah.

"Strategi ini sangat baik jika nanti IHSG kembali rebound, yang harganya naik duluan adalah saham-saham dengan fundamental bagus," ujar Edbert. Meski begitu, jika pelemahan IHSG terus berlanjut, maka harga saham-saham yang dikoleksi produk ini bakal terkoreksi lebih dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×