Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Obligasi pemerintah menjadi incaran manajer investasi untuk mengerek return reksadana. Salah satunya PT First State Investments Indonesia (FSI), yang memperbesar porsi surat utang tersebut pada produk First State Indonesian Bond Fund besutannya.
Eli Djurfanto, Head of Fixed Income FSI mengatakan produk ini mengoleksi surat utang bertenor menengah dan panjang. "Namun seiring pelemahan rupiah, kami menerapkan strategi defensif," ujar Eli.
Reksadana ini memiliki karakteristik konservatif dan berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Eli bilang karena memiliki tingkat risiko yang rendah dengan rasio tingkat pengembalian yang optimal, reksadana ini sesuai bagi investor jangka menengah dan panjang.
Menilik fund fact sheet Februari 2014, produk ini menggenggam obligasi perintah sebesar 85,12%. Sisa dana kelolaan ditempatkan di pasar uang 14,88%.
Kebijakan investasi reksadana ini sebenarnya leluasa memutar aset dasar di instrumen fixed income sekitar 80% hingga 100%. Selain itu, reksadana ini bisa menempatkan pada money market hingga 20%.
Dengan strategi tersebut, reksadana ini mampu mencatatkan kinerja positif 4,77% secara year to date (YTD) hingga akhir Maret 2015. Return tersebut mampu mengungguli rata-rata return reksadana pendapatan tetap sebesar 3,11% pada periode yang sama.
Namun, kinerja reksadana ini terseret pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sehingga mencatatkan minus 1,68% secara month on month (MoM) Maret 2015.
Hingga akhir Februari 2015, produk ini memiliki total dana kelolaan Rp 59,187 miliar. Sedangkan nilai aktiva bersih (NAB) per unit diperdagangkan Rp 2.696.
Investor akan dikutip beberapa biaya di antaranya annual management fee maksimal 2% dan subscriprion fee maksimal 2%. Sedangkan redemption fee untuk investasi kurang dari satu tahun maksimal 2%, untuk investasi satu hingga dua tahun maksimal 1% dan lebih dari dua tahun tidak dikenakan biaya.
Analis Infovesta Utama Viliawati menilai, kinerja produk ini cukup prospektif tahun ini karena ditopang oleh mayoritas portofolio berupa obligasi pemerintah.
"Strategi manajer investasi untuk merealisasikan keuntungan pada saat harga obligasi naik dan beralih ke tenor yang lebih pendek menurut kami cukup tepat pada kondisi saat ini," ujar Viliawati. Prediksinya, rata-rata return reksadana pendapatan tetap setahun ini 7%-8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News