kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Menebak Prospek Saham Vale (INCO) di Tengah Upaya Meraih Izin Usaha Pertambangan


Rabu, 31 Mei 2023 / 05:15 WIB
Menebak Prospek Saham Vale (INCO) di Tengah Upaya Meraih Izin Usaha Pertambangan


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Langkah divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kepada Pemerintah Indonesia akan berdampak positif bagi prospek jangka panjang emiten pertambangan nikel tersebut. Dengan adanya izin usaha, INCO bisa memanfaatkan momentum hilirisasi nikel yang tengah digencarkan.

Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian menilai, penambahan kepemilikan pemerintah terhadap INCO akan berdampak positif terhadap izin operasi INCO dari kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus atau IUPK. Pengalihan izin operasi INCO tersebut berpotensi untuk diperpanjang yang sebelumnya akan berakhir pada akhir tahun 2025.

“Kami melihat pengambilalihan pemerintah pada INCO akan berdampak positif kepada perusahaan seiring langkah pemerintah tengah menggencarkan hilirisasi nikel,” ungkap Ayu kepada Kontan.co.id, Selasa (30/5).

Baca Juga: Analis Ini Merekomendasikan Buy Saham Vale Indonesia (INCO), Ini Alasannya

Seperti diketahui, Holding BUMN industri pertambangan atau MIND ID tengah dalam proses membeli 11% saham INCO dan menjadi mayoritas pemegang saham emiten tambang asal Kanada tersebut. MIND ID diketahui saat ini memiliki 20% saham INCO lewat PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

INCO mengatakan sebelumnya telah mendivestasikan 40% saham perusahaan kepada negara sesuai dengan ketentuan Kontrak Karya. Rinciannya, sebanyak 20% melalui MIND ID. Sisanya, 20% telah terbagi secara publik.

Analis UOB Kayhian Sekuritas Limartha Adhiputra mengatakan, INCO yakin pemerintah Indonesia akan memperpanjang izin pertambangan berdasarkan IUPK. Meskipun, kondisi pasar saat ini  mengkhawatirkan perpanjangan izin pertambangan INCO. Perpanjangan izin pertambangan yang dilakukan oleh Vale Indonesia dinilai sudah berjalan positif.

 

“INCO berkomitmen untuk menyediakan semua persyaratan perpanjangan izin IUPK dan memenuhi semua peraturan pemerintah termasuk persyaratan divestasi saham,” tulis Limartha dalam riset tanggal 17 Mei 2023.

Baca Juga: Begini Penjelasan Vale Indonesia (INCO) Soal Divestasi Saham ke Pemerintah

Hanya saja, sebagai catatan bahwa kepemilikan saham publik pada INCO belum tentu murni dipegang oleh orang Indonesia. Ketentuan IUPK mewajibkan divestasi saham sebanyak 51% kepada peserta Indonesia yaitu Pemerintah, Pemda, BUMN, BUMD, serta badan usaha swasta nasional.

Ini artinya Vale Indonesia wajib melakukan divestasi saham setidaknya 31% lagi sebelum kontrak karya berakhir di tahun 2025, apabila mengacu kepemilikan murni pemerintah Indonesia saat ini sebesar 20%.

Terlepas dari izin pertambangan, INCO memiliki prospek yang cemerlang. Ayu Dian melihat prospek permintaan nikel secara umum masih akan positif karena adanya tambahan permintaan nikel dari kebutuhan Electric Vehicle (EV).

Jika dilihat dari dalam negeri, penjualan EV terpantau semakin meningkat. Hal itu tercermin dari penjualan unit mobil EV domestik berhasil tumbuh 1,794% YoY pada empat bulan pertama 2023 menjadi sebesar 3.087 unit.

Ayu menambahkan, Vale Indonesia turut didukung oleh harga nikel yang masih cenderung tinggi. Dampaknya, Average Selling Price (ASP) atau harga jual rata-rata nikel INCO berhasil naik sekitar 24% year on year (YoY) di kuartal I-2023 menjadi US$ 21,672 per ton.

Baca Juga: Babak Baru Sengketa INCO dengan Wanaartha Life, Begini Tanggapan Tim Likuidasi

Karena itu, margin INCO juga berpotensi mengalami perbaikan di tengah turunnya beban pokok, menyusul penurunan harga komoditas minyak dan batu bara. Asal tahu saja, beban bahan bakar, pelumas dan batu bara berkontribusi sebesar 37% terhadap total beban pokok.

Limartha turut melihat potensi ekspansi margin karena biaya bahan bakar yang lebih rendah di kuartal kedua 2023 seiring harga batubara global telah turun hingga di bawah sekitar US$170 per ton. Hal ini berbanding jauh daripada harga batubara INCO yang masih relatif tinggi yaitu US$466 per ton saat kuartal I-2023.

INCO juga memiliki fleksibilitas untuk beralih ke sumber energi yang lebih murah untuk mendapatkan biaya energi yang paling efisien bagi smelter. INCO mengharapkan marjin laba yang lebih tinggi di kuartal kedua 2023 karena batu bara dan High Sulfur Fuel Oil  (HSFO) telah melunak.

Selain itu, INCO akan mendapat manfaat dari harga nikel yang stabil US$22.000/ton, yang masih bertahan di level yang lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata pra-pandemi US$15.000/ton.

Limartha menjelaskan, volatilitas harga nikel dan bahan bakar yang tinggi masih menjadi risiko terbesar. Setiap 5% penurunan harga nikel akan menyebabkan penurunan masing-masing 10,1% dan 14,6% pada EBITDA dan laba bersih tahun 2023 dan sebaliknya.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Bayar Dividen US$ 60,12 Juta, Catat Jadwalnya

Sementara, HSFO yang lebih rendah dapat berdampak positif terhadap EBITDA dan laba bersih. Dengan setiap 5% penurunan HSFO, EBITDA 2023 dan laba bersih dapat meningkat sebesar 1,4% dan 2,0% masing-masing dan sebaliknya.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam risetnya mengungkapkan bahwa kinerja tiga bulan pertama INCO pada tahun ini, tidak terlepas dari biaya bahan bakar yang lebih murah dan pertumbuhan ASP yang kuat.

Laba bersih INCO melesat 3 kali lipat menjadi US$ 98,2 juta pada kuartal I-2023 dari US$ 32,0 juta di kuartal IV-2022. Sementara, pendapatan US$ 363,18 juta yang melonjak 18,8% QoQ, terutama didorong oleh kenaikan ASP nikel sebesar 17,8% menjadi US$ 21.672/ton dan kenaikan sebesar 0,9% dalam volume penjualan nikel menjadi 16.758 mton.

Penurunan biaya bahan bakar menyebabkan penurunan biaya pendapatan dan beban usaha, masing-masing sebesar 9,1% dan 11,4%. Ini mengakibatkan Margin Laba Kotor (GPM) dan Margin Operasi (OPM) Vale Indonesia tumbuh masing-masing sebesar 1930 bps dan 1990 bps menjadi 37,2% dan 35,5%.

“Kami terus menyukai INCO karena kemampuannya memproduksi nikel memastikan pertumbuhan pendapatan yang relatif stabil dari prospek nikel yang solid,” kata Thomas dalam riset 27 April 2023.

Saat ini, INCO sedang bekerja pada pengembangan tiga proyek strategis yaitu, Sorowako high pressured acid leach (HPAL) proyek Bahodopi, Morowali rotary kiln electric furnace (RKEF) proyek dengan Tisco dan Xinhai, dan proyek HPAL Pomalaa dengan Huayou dan Ford.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Bayar Dividen US$ 60,12 Juta, Catat Jadwalnya

Ayu merekomendasikan Speculative Buy pada INCO dengan posisi support dan resistance di level Rp 6.325 per saham – Rp 7.075 per saham. Sementara, Thomas merekomendasikan Buy pada target harga di Rp 8.000 per saham.

Senada, Limartha mempertahankan rekomendasi Buy dengan target harga sebesar Rp 8.000 per saham. Proyeksi harga tersebut sebagaimana harga nikel diperkirakan akan tetap pada level tinggi US$22.000-24.000/ton pada tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×