kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencari Saham Bagger di Tengah Penguatan IHSG


Kamis, 07 April 2022 / 20:49 WIB
Mencari Saham Bagger di Tengah Penguatan IHSG
ILUSTRASI. Seorang petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di?Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (28/7/2021). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergairah. Per Kamis (7/4), IHSG ditutup pada level 7.127,367 alias sudah menguat 8,29% sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd). IHSG juga beberapa kali memecahkan rekor tertingginya sepanjang masa alias all time high.

Penguatan IHSG dinilai bisa menjadi momentum bagi pelaku pasar untuk mencari saham multibagger atau saham yang berpotensi naik berkali lipat.

Salah satu cara mengidentifikasi potensi saham yang menjadi bagger adalah dari sisi akumulasi. Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, semakin besar akumulasi maka semakin besar potensi saham tersebut untuk menjadi bagger.

Tentunya setelah proses akumulasi selesai, saham akan mengalami yang namanya markup, yang mana sama dengan kondisi saham ketika sudah uptrend. Kata William, salah satu kondisi uptrend yang terbaik secara teknikal adalah candlestick yang solid menguat di atas indikator MA5 dan MA20, dengan volume harian yang meningkat.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Jumat (8/4)

“Perlu dipahami bahwa saham-saham multibagger tidak selalu saham yang naik dengan alasan, namun kalau ciri-ciri yang saya sebutkan tadi terpenuhi, maka potensi untuk mencapai bagger bisa tercapai,” terang William kepada Kontan.co.id, Kamis (7/4).

Menurut William, sektor yang bisa diperhatikan saat ini adalah dari sektor infrastruktur. Selain itu, indeks IDX noncyclical bisa menjadi pilihan juga. William menilai indeks ini memiliki saham-saham yang menarik dan berpotensi bagger. Sementara itu, saham komoditas sudah banyak yang bagger sejak tahun lalu. “Justru sekarang lebih riskan kalau baru masuk,” sambung William.

Senada, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menilai, secara jangka pendek hingga menengah saham-saham tambang berpeluang masih akan naik, meskipun memang tidak akan sebesar sebelumnya. Sebab, secara fundamental, Desy melihat pergerakan harga komoditas akan beriringan dengan seberapa lama konflik Rusia dan Ukraina berlangsung, yang menjadi sentimen penggerak pasar.

Berkaca dari tahun lalu saat krisis energi melanda sejumlah negara, harga komoditas melonjak dan berangsur turun ketika ada intervensi pemerintah China untuk mendorong produksi. Meskipun turun, harga masih terbilang menarik karena berada di atas rata-rata tahunan sebab masih didukung dengan sentimen musim dingin yang berlangsung.

Namun, saat ini ceritanya agak berbeda. “Ketika konflik berakhir juga menandakan berakhirnya harga komoditas. Apalagi outlook inflasi global yang cenderung naik imbas konflik tersebut tidak akan terus dipertahankan menguat sebab menyengsarakan banyak negara pengimpor komoditas,” terang Desy.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.127 Diikuti Net Buy Asing Pada Kamis (7/4)

Selain saham tambang, Desy juga melihat saham perbankan yang berjalan sesuai dengan pergerakan ekonomi, akan terdorong oleh momentum pemulihan ekonomi yang saat ini tengah melaju.

Perbankan dinilai menjadi pintu awal ketika ekonomi membaik, dimana penyaluran kredit tumbuh dan perputaran aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya, saham yang berwawasan lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik dinilai prospektif secara jangka panjang sejalan dengan program pemerintah yakni net zero emission.

Di kedua sektor ini, Dessy merekomendasikan sejumlah saham yang menarik. Diantaranya saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 30.870, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 3.994, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 9.140, PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan target harga Rp 1.314, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 9.131.

Asal tahu, sejumlah saham mengalami lonjakan harga sejak awal tahun. Posisi pertama ditempati oleh PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang menguat hingga 2.320%. Posisi kedua ada saham PT Golden Eagle Plantation Tbk (SMMT) yang naik 432,18%, disusul PT Bintang Samudera Mandiri Tbk (BSML) yang naik 405,15%, dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) yang naik hingga 358,06% secara ytd.

Secara teknikal, Analis Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita menyarankan investor untuk buy on Weakness ADMR di sekitar MA10 di angka Rp 2.230. Target berada pada Fibonacci External Projection 1.618 di level Rp 2.680.

Untuk saham SMMT disarankan hold. Sebab, perlu waspada terdeteksinya signal RSI Negative Divergence yang biasanya mengindikasikan trend reversal. Sebaiknya set your trailing stop dan amankan profit jika SMMT melemah di bawah Rp 1.030.

Saham BSML ditutup dengan pola candle shooting star diiringi RSI negative divergence. Sebaiknya melakukan sell on strength dan amankan profit. Buyback bisa dilakukan di sekitar MA10 di level Rp 820.

Baca Juga: IHSG Menguat Ditopang Net Buy Asing Rp 538 Miliar, Saham-Saham Ini Banyak Diburu

Untuk saham BCAP, Mayang merekomendasikan buy on break di atas MA10 di Rp 284, sehingga berpotensi melanjutkan perjalanan ke utara menuju resistance previous high Rp 352. Stoploss jika saham BCAP melemah di bawah Rp 272.

“Posisi IATA masih terbilang aman, dengan catatan mampu bergerak di atas MA10 di angka Rp 200. Target terdekat berada pada Resistance Previous High Rp 226-Rp 234,” terang Mayang.

Posisi saham PT Hotel Sahid Jaya Tbk (SHID) yang naik 216% secara ytd juga masih terbilang aman, dengan catatan mampu bergerak di atas MA20 di angka  Rp 2.464. Hold saham SHID, dengan target berada pada Upper Triangle di sekitar Rp 2.720, disusul Resistance previous High di level Rp 2.850.

Sementara untuk saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS),  pelaku pasar perlu waspada terdeteksinya signal RSI Negative Divergence yang biasanya mengindikasikan trend reversal. Sebaiknya set trailing stop dan amankan profit jika BRMS melemah di bawah Rp 232. Buyback bisa dilakukan di sekitar MA10 & MA20 di range Rp 210- Rp 200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×