Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
Sementara itu, investor kawakan yang kerap disebut Warren Buffet Indonesia, Lo Kheng Hong, punya pendapat berbeda. Seperti dalam catatan KONTAN beberapa waktu lalu, Lo menilai cadangan batubara yang dimiliki BUMI sangat besar. Namun, harga BUMI kala itu hanya Rp 50 per saham. Sehingga, ia melabeli BUMI adalah saham salah harga.
Lo memberikan rumus harga wajar BUMI, yakni harga batubara dikurangi ongkos produksi lalu dikurangi lagi royalti ke pemerintah. Hasil hitungan tersebut dikalikan dengan cadangan batubara yang BUMI miliki lalu dikurangi utang perusahaan. "Ini perhitungan fundamental," ujar Lo.
Berdasarkan keterangan manajemen BUMI, Lo mengatakan nilai wajar BUMI adalah US$ 4,6 miliar. Karena itulah, harga saham BUMI berada ke Rp 50 per saham merupakan kesalahan pasar dalam menghargai valuasi perusahaan ini.
Makanya, "Sebagai seorang value investor, saya harus membelinya," ujar Lo. Sayang Lo enggan menyebutkan jumlah pasti kepemilikan saham BUMI. Yang jelas nilainya cukup besar.
Usai rights issue untuk restrukturisasi utang, saham BUMI diharapkan bisa mencapai harga teoritisnya di sekitar level Rp 600. Namun, pada penutupan perdagangan kemarin, saham BUMI masih turun 2,13% menjadi level Rp 276 per saham. Namun, transaksi saham ini cukup ramai, yakni melibatkan sekitar 4,2 juta lot saham.
Analis Samuel Sekuritas Muhamad Alfatih mengatakan, masih banyak yang berharap BUMI bisa memperbaiki kinerja keuangannya. Apalagi, BUMI sudah mulai kembali mencetak laba. Sepanjang semester I-2017, laba BUMI mencapai US$ 148,62 juta. Kinerja ini membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. yang masih rugi US$ 11,82 juta.
BUMI juga diharapkan bisa memperbaiki tata kelola perusahaan. Meski demikian, sebaiknya investor tetap cermat dalam mengambil keputusan atas saham ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News