kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.568.000   13.000   0,84%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Menangkap Sinyal dari Investor Asing, Ini Saham Favorit Analis di Akhir 2024


Jumat, 06 Desember 2024 / 06:05 WIB
Menangkap Sinyal dari Investor Asing, Ini Saham Favorit Analis di Akhir 2024
ILUSTRASI. Mahasiswa mengunjungi gallery Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (3/12/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Selasa (3/12). IHSG menguat 2,11% ke level 7.196,01?dengan 356 saham menguat, 211 saham melemah, dan 220 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi menyentuh Rp 12,74 triliun, dari volume 20,6 miliar saham. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi beli bersih (net buy) dua hari beruntun belum bisa menjamin kembalinya arus dana dari investor asing ke pasar saham Indonesia (capital inflow).

Sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), asing berbalik melakukan jual bersih (net sell).

IHSG turun 0,18% ke posisi 7.313,31 pada Kamis (5/12). Secara bersamaan, terjadi net sell sebesar Rp 304,71 miliar di seluruh pasar.

Dua hari sebelumnya, saat IHSG melonjak 2,11% dan 1,82%, asing melakukan net buy senilai Rp 2,08 triliun dan Rp 744,64 miliar.

Baca Juga: Emiten Big Caps Beri Keuntungan Tinggi dari Dividen Ketimbang Capital Gain?

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengamati, inflow yang terjadi kemungkinan karena antisipasi investor terhadap window dressing.

Apalagi sejumlah saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) maupun blue chip sudah mengalami koreksi.

Tapi, belum ada kepastian inflow akan konsisten mengalir di akhir tahun ini. Daniel menduga investor masih wait and see terhadap sejumlah sentimen, terutama arah kebijakan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI).

"Inflow kemungkinan akan kembali masuk apabila The Fed dan BI memangkas suku bunga di Desember ini," ungkap Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (5/12).

Investment Specialist Syailendra Capital Karen Miranti mengamini, kebijakan moneter terutama arah suku bunga The Fed akan menjadi sentimen penting.

Jika The Fed melanjutkan pemangkasan suku bunga, maka dapat meningkatkan daya tarik emerging market, termasuk Indonesia. 

Baca Juga: Menanti Data Pekerja AS, Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (6/12)

Langkah The Fed juga akan memengaruhi bank sentral lainnya, termasuk BI. Adapun, The Fed akan mengadakan Federal Open Market Committe (FOMC) pada 17 - 18 Desember. BI juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal yang sama. 

Di samping suku bunga, faktor lain yang dapat memengaruhi capital inflow adalah stabilitas nilai tukar rupiah dan pergerakan yield obligasi.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menimpali, dalam dua pekan terakhir nilai tukar rupiah sudah mulai stabil di kisaran Rp 15.850 - Rp 15.950 per dolar AS.

Sementara pergerakan yield obligasi Indonesia yang mulai di atas 7% bisa dikatakan mulai menarik minat investor global untuk kembali masuk.

"Namun masih terlalu awal untuk mengatakan capital inflow benar-benar akan kuat berlanjut hingga akhir tahun karena masih minim katalis positif," tegas Pandhu.

Baca Juga: IHSG Koreksi, Cek Rekomendasi Teknikal Saham ANTM, MEDC, ELSA untuk Jumat (6/12)

Praktisi Pasar Modal & Founder WH Project William Hartanto sepakat, pasar belum mendapat sentimen atau momentum yang signifikan. Indikasi pembalikkan arah dari outflow ke inflow akan terlihat dari nilai dan konsistensi terjadinya net buy.

Daniel mengamini, indikasi tren inflow telah kembali dapat dilihat dari nilai yang masuk, paling tidak bisa mendekati arus dana yang keluar.

Contohnya, jika pada pekan lalu terjadi net sell senilai Rp 3,89 triliun, maka pada pekan ini mesti net buy dengan mendekati level tersebut.

Catatan Daniel, indikator yang lebih akurat bisa terjadi pada nilai net buy atau net sell di pasar reguler.

"Jadi kalau dalam beberapa waktu ke depan inflow asing mendekati level outflow, bisa dikatakan inflow-nya mulai kembali," terang Daniel.

Baca Juga: Kerek Harga Jual dan Perkuat Ekspor, Analis Rekomendasi Beli Saham Sido Muncul (SIDO)

Investor Asing Melirik Window Dressing

Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi memprediksi potensi window dressing akan menjadi daya tarik bagi investor asing.

Dalam sepekan terakhir, emiten big caps yang memiliki bobot besar terhadap IHSG cenderung menjadi incaran asing.

Potensi kembalinya inflow masih terbuka, meski dalam jangka pendek. "Investor dapat memanfaatkan momentum kembalinya inflow asing ke dalam konstituen yang memiliki bobot besar terhadap IHSG," kata Audi.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat, potensi window dressing akan menjadi faktor penting. Apalagi secara historis, probabilitas kenaikan IHSG di bulan Desember sangat tinggi.

Baca Juga: Ada Sentimen Window Dressing, Saham LQ45 Bisa Menguat di Akhir 2024

Dus, gerak melandai IHSG usai menembus rekor tertinggi (all time high) bisa menjadi peluang, lantaran bisa membuat valuasi semakin menarik.

"Biasanya juga ada rebalancing portfolio bagi para Manager Investasi untuk menatap tahun depan," ungkap Nico.

Nico melirik sejumlah sektor yang punya prospek menarik dalam momentum pergantian tahun. Meliputi sektor perbankan, consumer dan energi.

Tapi, Nico mengingatkan agar pelaku pasar jangan asal mengekor pada saham yang diburu atau dilepas oleh investor asing.

Karen melanjutkan, saat kembali masuk, investor asing akan cenderung memilih saham big cap atau blue chip dengan mempertimbangkan fundamental dan likuiditas. Karen mengamati tiga sektor potensial, yakni perbankan, komoditas dan consumer goods.

"Mengikuti aksi investor asing dapat memberikan peluang, tapi tetap diperlukan strategi yang berhati-hati dengan mempertimbangkan analisis fundamental dan volatilitas di pasar," tegas Karen.

Baca Juga: Membandingkan Cuan dari Dividen dan Capital Gain, Serta Saham Rekomendasi Analis

Pandhu turut mengingatkan bahwa sasaran utama capital inflow adalah saham big caps yang punya bobot besar terhadap indeks. Sebab, mayoritas fund manager global saat ini menggunakan acuan Exchange-Traded Fund (ETF) yang mirroring kepada indeks.

Dus, Pandhu melihat saham big bank seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) bisa menjadi pilihan menarik. Apalagi saat harganya telah terkoreksi cukup dalam.

Selain big bank, saham lain yang bisa dicermati adalah PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Sedangkan Audi menyarankan buy BBCA dan trading buy PT Astra International Tbk (ASII) untuk target harga masing-masing Rp 11.200 dan Rp 5.650.

Sementara itu, William menjagokan saham BBRI, BBCA, BMRI, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×