Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan investasi aman di tengah gejolak pasar modal. Riau Liquid Fund, salah satunya yang bertujuan mempertahankan nilai modal investasi.
Produk besutan PT Sinarmas Asset Management ini memiliki kebijakan investasi menjaga kestabilan likuiditas dengan investasi pada instrumen pasar uang. Selain itu juga leluasa memutar pada efek bersifat utang yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun.
"Kami masih akan menjaga likuiditas yang cukup baik di produk ini. Kami juga akan mencermati beberapa situasi yang mungkin akan mempengaruhi pasar," kata Direktur Sinarmas Asset Management Jamial Salim.
Menilik fund fact sheet Maret, produk ini memiliki mayoritas portfolio pada obligasi korporasi sekitar 61,51%. Sedangkan sisanya ditempatkan sekitar 38,49% pada time deposit dan giro.
Obligasi korporasi yang menjadi pilihan antara lain CIMB Niaga Auto Finance dengan peringkat AA+. Serta obligasi WOM Finance dengan peringkat AA.
Menilik data Infovesta Utama, reksadana ini mampu membagikan return sekitar 5,37% pada satu tahun terakhir per 30 April 2015. Jamial memperkirakan hingga akhir tahun produk ini bisa memberikan return sekitar 5% hingga 7%.
Menurut Jamial, produk ini cocok bagi investor yang memiliki kelebihan kas dalam jangka pendek dan menginginkan tingkat pengembalian investasi yang optimal.
Investor bisa menyisihkan dana Rp 250.000 untuk minimum investasi awal. Untuk investasi selanjutnya ditetapkan minimum sebesar Rp 100.000 dan penjualan kembali minimum Rp 100.000. Serta batas minimum kepemilikan ditetapkan Rp 100.000.
Reksadana ini tidak mengenakan biaya pembelian unit dan penjualan kembali. Namun, untuk biaya manajer investasi dikenakan maksimum 1,75% per annum dan biaya bank kustodian maksimum 0,25% per anum.
Analis Infovesta Utama Viliawati mengatakan prospek kinerja reksadana ini akan dipengaruhi oleh kinerja obligasi korporasi serta deposito. Menurut dia, penempatan portofolio di obligasi korporasi jangka pendek berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.
"Terutama apabila masih ada sisa kupon yang akan dibayarkan sebelum obligasi tersebut jatuh tempo di tahun ini," ujar Vilia.
Namun di sisi lain, obligasi mendekati jatuh tempo jarang ditransaksikan. Sehingga, pergerakan harga instrumen tersebut relatif minim. "Akibatnya potensi imbal hasil dari sisi apresiasi harga relatif sedikit," ujar Vilia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News