Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor otomotif dan komponen otomotif turut terdampak dari kenaikan harga besi dan baja akibat konflik Ukraina-Rusia. Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengatakan, kenaikan harga besi dan baja sebagai bahan baku diproyeksikan akan mempengaruhi kinerja emiten sektor otomotif dan komponennya pada tahun ini.
“Karena supply chain terganggu dan berpotensi meningkatkan biaya operasionalnya. Selain harga besi dan baja, harga paladium juga mengalami peningkatan,” ujar Daniel pada Kontan, Selasa (8/3).
Paladium merupakan input yang digunakan untuk industri otomotif dan juga pembuatan chip. Ditambah, ketersediaan paladium yang mayoritas diekspor oleh Rusia.
Meski demikian, ia melihat belum ada tanda emiten emiten otomotif dan komponennya belu menaikkan harga. Menurutnya, perlu dilihat lagi mengenai perkembangan harga komoditas ke depannya.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham SSIA dari CGS CIMB Sekuritas Berikut Ini
Apabila harga komoditas kembali menguat signifikan, kemungkinan emiten menaikkan harga bisa terjadi. Jika itu terjadi, sambung Daniel, kondisi ini tentunya menjadi katalis negatif bagi emiten otomotif dan komponennya.
Selain harga bahan baku yang naik, rencana kenaikan suku bunga juga diproyeksi akan menjadi salah satu sentimen negatif karena berpotensi menurunkan demand dari sektor otomotif. Dimana menurut statistik, hampir 80% penduduk Indonesia membeli mobil secara kredit.
Namun di sisi lain, beberapa waktu lalu pemerintah memperpanjang diskon PPnBM untuk pembelian mobil baru hingga September 2022. Kebijakan ini berpotensi meningkatkan demand dari emiten otomotif dan komponennya. Ia menilai, kebijakan tersebut menjadi katalis positif bagi emiten otomotif dan komponennya.
Terkait kenaikan harga bahan baku, Ang Andri Pribadi Chief Financial Officer (CF0) PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) mengatakan, harga bahan baku tersebut merupakan produk komoditi yang merupakan global case dan juga dialami oleh semua pemain global.
Meski begitu, ia mengaku sampai saat ini dampaknya belum signifikan karena perseroan memiliki pricing prower untuk mentransfer kenaikan harga bahan baku ke customer.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Japfa Comfeed (JPFA) dari Mirae Asset Sekuritas Berikut Ini
Andri menjelaskan, kenaikan harga jual tidak dilakukan secara langsung, mengingat Perseroan ini juga memiliki stock. Dengan kenaikan harga bahan baku tersebut, Andri menyampaikan SMSM belum melihat potensi merevisi target kinerja. Tahun ini, SMSM menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 10%-15%.
Head of Investor Relations PT Astra International Tbk (ASII) Tira Ardianti menuturkan, situasi terkait merangkaknya harga bahan baku ini terus masih dimonitor oleh divisi otomotif ASII. Ia bilang, jika ada kenaikan biaya produksi maka tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penyesuaian kenaikan harga jual.
“Namun penyesuaian tentunya akan melihat situasi pasar seperti apa, tidak bisa serta-merta melakukan kenaikan harga produksi ke konsumen,” ujarnya pada Kontan.
Tira menegaskan bahwa sebenarnya kenaikan harga bahan baku juga sudah terjadi pada tahun lalu, namun ASII tidak langsung melakukan penyesuaian harga kepada konsumen. Dimana ASII baru menaikkan harga pada Januari 2022.
“Sejauh ini konsumen bisa menerima dengan baik. Dengan kenaikan harga baku ini, ASII juga belum ada rencana revisi target kinerja di 2022,” tambah Tira.
Dari jajaran saham emiten otomotif dan komponenya, Daniel memandang saham ASII masih menarik untuk dicermati. Laba bersih ASII tumbuh 25% secara tahunan pada tahun 2021, ia merekomendasikan buy on weakness untuk ASII dengan target harga di sekitar level Rp 7.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News