Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Secara individual, CLEO dan SMDR menunjukkan pertumbuhan operasional yang solid. CLEO konsisten mencetak pertumbuhan penjualan dobel digit dan ekspansi pabrik baru, sedangkan SMDR diuntungkan dari lonjakan volume ekspor dan kenaikan tarif logistik.
DSSA juga menarik karena posisinya sebagai emiten energi terintegrasi berbasis batubara yang juga masuk ke pembangkit listrik dan energi terbarukan.
“Sementara itu, pergerakan saham BUKA dan BUMI masih volatile, dipengaruhi sentimen jangka pendek pasar dan kinerja yang belum sepenuhnya stabil,” tuturnya.
Baca Juga: Melihat Prospek Kinerja KOMPAS100 di Sisa Tahun 2025 Usai Rebalancing
Nico menuturkan, saham-saham konstituen baru KOMPAS100, seperti AADI, ASRI, BUKA, BUMI, CLEO, DSSA, PNBN, SMDR, STAA, TAPG, dan TCPI, berpotensi untuk mengalami kenaikkan.
Namun, kenaikannya tergantung seberapa besar kapitalisasi pasar yang mereka miliki. Misalnya, saham perbankan, memiliki market cap besar, tetapi harganya sulit untuk naik.
Hal ini akan sulit untuk mendorong indeks KOMPAS100 untuk bisa bangkit. “Saat ini kalau diperhatikan berdasarkan market cap, sektor perbankan masih menjadi pemberat,” tuturnya.
Di semester II 2025, ada empat sentimen positif penggerak kinerja indeks KOMPAS100.
Pertama, kesepakatan yang semoga tercapai antara Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia.
Kedua, potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Konstituen di Indeks Kompas100 pada Kuartal II 2025
Ketiga, pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI).
Keempat, sejumlah program pemerintah mulai berjalan, seperti Koperasi Merah Putih dan program Makan bergizi Gratis (MBG) diharapkan maksimal pada bulan Agustus 2025.
Sementara, sentimen negatif berasal dari tensi geopolitik tambahan antara Thailand dengan Kamboja, kesepakatan tarif yang masih bisa berubah, dan kebijakan Trump yang selalu berubah.
Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Konstituen Emiten di Indeks Kompas100 di Kuartal II 2025
Nico pun melihat investor bisa memerhatikan sejumlah saham konstituen KOMPAS100, seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, PANI, ASII, BBNI, BRIS, ICBP, AMRT, CPIN, INDF, PGEO, BRMS, MBMA, MYOR, ADMR, EXCL, JPFA, RAJA, AUTO, dan ERAA.
Praktisi pasar modal sekaligus Founder WH-Project, William Hartanto merekomendasikan beli untuk CLEO dengan target harga Rp 615 - Rp 700 per saham. Rekomendasi buy on weakness disematkan untuk TAPG dengan target harga Rp 1.390 - Rp 1.450 per saham.
Analis Teknikal Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius menyebut, pergerakan saham CLEO masih tertahan pada neckline pola double top pada area resistance Rp 680 per saham.
“Kemudian, pergerakannya tertahan di bawah garis EMA20, sehingga berpotensi melanjutkan penurunan ke level support Rp 550 per saham,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/7). Joshua merekomendasikan wait and see untuk CLEO.
Selanjutnya: GLOBAL MARKETS-Global Stock Index Falls, Euro Slides After US-EU Trade Deal
Menarik Dibaca: Ganti Pantangan Asam Urat dengan Menu Alternatif Berikut, Simak Penjelasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News