kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,79   -17,94   -1.94%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek emiten tambang emas di tengah ancaman corona


Jumat, 13 Maret 2020 / 19:38 WIB
Menakar prospek emiten tambang emas di tengah ancaman corona
ILUSTRASI. Pemilik toko emas menunjukkan emas batangan yang dijual di sentra toko emas Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (10/3/2020).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

Sedangkan untuk tahun ini pendapatan MDKA diperkirakan mencapai US$ 526 juta dengan laba bersih US$ 117 juta.

Di sisi lain, Dessy menilai ANTM justru lebih sensitif terhadap pergerakan harga nikel dibandingkan emas.

Sementara kinerja UNTR dinilai masih sangat bergantung pada anak usaha yang bergerak di bidang tambang batubara yakni PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan penjualan alat berat Komatsu.

“Revenue UNTR masih didominasi oleh pendapatan PAMA dan Alat berat Komatsu sehingga unsur batubara lebih dominan dibandingkan efek dari penjualan emas,” sambung dia.

Pun begitu dengan Analis NH Korindo Meilki Darmawan yang menilai eksposur batubara terhadap kinerja UNTR masih tinggi.

“Industri batubara masih melemah pada 2020 dan 85,9% pendapatan UNTR memiliki eksposur pada batu bara. Maka kami mengestimasi pendapatan pada 2020 sebesar Rp82,2 triliun (-9,6% dari estimasi sebelumnya),” tulis Meilki dalam riset, Kamis (12/3).

Melansir laporan kinerja UNTR, entitas Grup Astra ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 84,43 triliun atau turun 0,22% dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu yakni Rp 84,62 triliun.

Baca Juga: Gelar Liverpool tertunda gara-gara Liga Primer ditunda hingga 3 April

Sepanjang 2019, unit bisnis tambang emas yang dijalankan oleh PT Agincourt Resources dari tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, berhasil menjual sebanyak 410.000 ons emas.

Adapun pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas sampai dengan bulan Desember 2019 sebesar Rp7,9 triliun atau hanya sekitar 9,3% dari pendapatan konsolidasian.

Senada, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai kenaikan harga emas yang terjadi seharusnya bisa menguntungkan emiten emas. Sebab, ketika keadaan ekonomi sedang terguncang atau melemah, emas biasanya akan dijadikan pilihan alternatif investasi.

Namun saat ini, harga emas sedang dalam fase koreksi dikarenakan pasar melakukan aksi profit taking. “Jadi, untuk saat ini tetap hati-hati meskipun emas bisa menjadi pilihan,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (13/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×