Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup Mei 2025 dengan penguatan 6,04% sehingga mematahkan fenomena Sell in May. Namun dalam waktu dekat investor ada kedatangan musim rilis kinerja kuartal II-2025.
Tak hanya itu, musim pembagian dividen juga masih berlangsung karena sejumlah emiten big caps yang loyal menebarkan dividen belum menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Umum (RUPS).
Secara umum menjelang rilis laporan keuangan semester satu ada terjadi akumulasi beli oleh para pengelola dana alias fund manager di sektor defensif untuk mempertebal portofolio dan menjaga margin.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 1,33% sepanjang Juni 2024. Penguatan juga terjadi pada bulan yang sama tahun sebelumnya, di mana IHSG naik 0,43% pada Juni 2023.
Baca Juga: Pergerakan IHSG Dipengaruhi Dinamika Sektoral yang Bervariasi
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai rebalancing sektoral akan terjadi pada paruh kedua di 2025, terlebih pasca rilis kinerja semester I-2025.
Ini seiring dengan sentimen lainnya, seperti pivot The Fed yang dovis di akhir tahun sehingga Audi menilai ada peluang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan.
Kedua, stabilitas ekonomi makro dalam negeri. Di mana, Kiwoom Sekuritas perkirakan pertumbuhan PDB di kisaran 5% pada kuartal II-2025 dan Rupiah stabil di bawah Rp 16.400 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ketiga, insentif dan stimulus yang digelontorkan pemerintah, seperti untuk sektor properti penghapusan PPN 11% dan BPHTB sebesar 5% untuk rumah maksimal Rp5 miliar.
“Lalu hilirisasi industri, seperti hasil tambang dan perkebunan hingga EV mendapatkan insentif PPN ditanggung pemerintah sebesar 10% untuk CKD,” katanya kepada Kontan, Sabtu (31/5).
Baca Juga: IHSG akan Cenderung Melemah, Simak Rekomendasi Saham Berikut untuk Senin (2/6)
CEO Pinnacle Investment Guntur Putra mengatakan memasuki paruh kedua ini, IHSG berpotensi bergerak lebih dinamis seiring dengan beberapa sentimen. Mulai dari musim rilis kinerja hingga arah kebijakan bank sentral.
Dia bilang memang secara historis di semester kedua, khususnya menjelang akhir tahun seringkali diwarnai fenomena window dressing. Di mana, manajer investasi melakukan penguatan portofolio.
Guntur mengatakan secara akumulasi di semester pertama, biasanya akan terjadi rotasi sektor. Di mana, para pengelola dana cenderung melakukan aksi ambil untung alias profit taking.
“Fund manager cenderung profit taking dari saham-saham defensif dan mulai masuk ke sektor-sektor yang memiliki potensi kenaikan tinggi atau cyclical plays,” kata Guntur.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas mencermati dalam secara rata-rata selama 29 tahun terakhir, IHSG hanya terkoreksi pada Agustus dan September.
“Setidaknya di periode tersebut para pelaku pasar sudah mulai melakukan akumulasi di harga yang sudah terkoreksi, terutama pada saham-saham yang memiliki fundamental solid,” ucapnya
Baca Juga: Kinerja Sektor Konsumen Non Primer Tertekan, Cek Rekomendasi Sejumlah Analis
Saham incaran
Guntur memproyeksikan sektor yang akan menjadi incaran para pengelola dana ialah perbankan dengan kapitalisasi besar dan konsumen primer jika inflasi dalam negeri terkendali.
“Saham-saham perbankan large caps masih jadi tulang punggung IHSG dengan likuiditas tinggi dan kinerja solid,” kata dia.
Audi menilai dengan gelontorkan stimulus dan insentif yang diberikan oleh pemerintah akan terjadi rotasi pada sektor konsumer siklikal. Menurutnya, sektor keuangan, properti, bahan baku dan industri akan menjadi unggulan.
Dia menyarankan investor dapat mengikuti tren yang ada dengan melihat inflow asing. Seperti dalam satu sampai tiga bulan terakhir, asing mengoleksi saham keuangan, bahan baku, energi dan telekomunikasi..
Di keuangan ada saham BBRI, BBCA, BRIS dan BMRI. Sementara dari sektor bahan baku ada ANTM, BRMS, TPIA. Di sektor energi ada AADI dan RATU. Sementara di telekomunikasi ada TLKM, EXCL dan ISAT.
“Investor dapat mencermati dalam tenor jangka menengah hingga panjang pada sektor keuangan, properti dan telekomunikasi. Untuk tematik dan jangka pendek pada sektor barang baku dan energi,” jelas Audi.
Sementara itu, saham pilihan Nafan untuk sisa tahun ini jatuh pada BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BRMS, CPIN, EMTK, ISAT, KLBF, MAPA, PGAS, TLKM dan UNTR.
Selanjutnya: Pembentukan Badan Penerimaan Negara Diharapkan Sentuh Persoalan Mendasar
Menarik Dibaca: Peminat Vape Berkembang, Firstunion Luncurkan PTH Master
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News