kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.420   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.095   -46,49   -0,65%
  • KOMPAS100 1.030   -10,30   -0,99%
  • LQ45 803   -9,10   -1,12%
  • ISSI 223   -2,38   -1,06%
  • IDX30 419   -4,71   -1,11%
  • IDXHIDIV20 502   -8,79   -1,72%
  • IDX80 116   -1,49   -1,27%
  • IDXV30 119   -2,82   -2,32%
  • IDXQ30 138   -1,77   -1,27%

Pergerakan IHSG Dipengaruhi Dinamika Sektoral yang Bervariasi


Selasa, 20 Mei 2025 / 18:28 WIB
Pergerakan IHSG Dipengaruhi Dinamika Sektoral yang Bervariasi
ILUSTRASI. Sejumlah sektoral bergerak bervariasi menopang pergerakan IHSG di pekan ini


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 46,48 poin atau turun 0,65% ke level 7.094,60 pada akhir perdagangan Selasa (20/5). 

Penurunan ini disertai pelemahan di sembilan sektor dalam indeks, mulai dari sektor financials, technology, energy, basic materials, infrastructures,  properties & real estate, consumer non-cyclicals, consumer cylical dan industrials. 

Hanya ada dua sektor yang menguat pada akhir perdagangan Selasa (20/5), yakni sektor kesehatan yang naik tipis 0,62% dan sektor transportasi & logistik yang menguat 0,31%.

Research Analyst PT Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief, mengungkapkan bahwa pergerakan IHSG saat ini dipengaruhi oleh dinamika sektoral yang cukup bervariasi. 

Mengacu pada perdagangan 19 Mei 2025, Irsyady menilai sektor Transportation and Logistics membukukan kenaikan tertinggi dengan penguatan 3,09%, diikuti oleh sektor Basic Materials yang naik sebesar 1,99%.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,65% ke 7.094 pada Selasa (20/5), SMGR, ADRO, MAPA jadi Top Losers LQ45

Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin, Irsyady bilang sektor Financials mencatatkan pertumbuhan 3,04%, sementara sektor Energy tumbuh 3,76%. Kedua sektor ini menjadi pendorong utama laju pertumbuhan IHSG sepanjang tahun berjalan.

Sebelumnya, sektor Consumer Non-Cyclical sempat menjadi motor penggerak indeks. Namun, data hingga 19 Mei menunjukkan bahwa sektor ini turun -4,23% YTD. Bahkan sektor Consumer Cyclical terkoreksi lebih dalam, yakni -11,09% YTD. 

Koreksi ini dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat serta tren downtrading, di mana konsumen mulai memilih produk yang lebih terjangkau. 

"Dalam kondisi ini, investor mulai melakukan rotasi portofolio ke sektor-sektor yang lebih defensif atau yang memiliki prospek pertumbuhan lebih baik," kata Irsyady kepada Kontan, Selasa (20/5). 

Saham Sensitif Suku Bunga

Irsyady melanjutkan, jika suku bunga mengalami penurunan, saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga berpeluang besar menjadi pendorong pergerakan IHSG. Secara historis, sektor seperti Financials, Properties & Real Estate, serta Consumer Retail menunjukkan performa yang membaik ketika biaya pinjaman menurun.

Penurunan suku bunga biasanya mendorong pertumbuhan kredit dan investasi, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan emiten-emiten di sektor tersebut.

Di sisi lain, meskipun kondisi makroekonomi Indonesia belum sepenuhnya kondusif, IHSG tetap mendapat dukungan dari beberapa faktor. Setelah sempat terkoreksi pada Februari 2025, investor kini lebih selektif dan berfokus pada saham-saham berfundamental kuat, memiliki prospek pertumbuhan menarik, serta valuasi yang relatif murah. 

Di samping itu, kebijakan OJK yang dirilis pada 18 Maret 2025, yang mempermudah pelaksanaan buyback saham tanpa perlu persetujuan RUPS turut menjaga stabilitas pasar. Aksi korporasi seperti pembagian dividen dan pemecahan saham (stock split) juga menjadi sentimen positif yang memperkuat pergerakan IHSG.

Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan status buy, pada entry level di kisaran Rp 5.375–Rp 5.550. Target ambil untung atau take profit berada di level Rp 6.125–Rp 6.250, sementara stop loss disarankan di Rp 5.200–Rp 5.225 per saham.

 

Sementara itu, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhamad Wafi, menyampaikan bahwa sektor perbankan dan energi diperkirakan mampu menjadi penyeimbang atas potensi tekanan dari saham-saham milik grup-grup konglomerasi. Di sisi lain, saham sektor consumer staples juga dinilai masih memiliki ruang untuk mengalami kenaikan.

Kemudian, performa indeks ke depan berpotensi semakin ditopang oleh penguatan saham-saham di sektor perbankan dan energi.

Dalam situasi pasar yang dipenuhi ketidakpastian, saham-saham defensif dapat menjadi pilihan alternatif bagi investor. Selain itu, katalis makroekonomi seperti potensi penurunan suku bunga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG secara keseluruhan.

"Jika BI rate dipangkas maka saham-saham yang sensitif seperti perbankan, properti, otomotif, semen, dan komoditas akan menjadi movers," ucap Wafi kepada Kontan, Selasa (20/5).

Wafi menyarankan untuk mencermati saham ANTM, AMRT, INDF dan BMRI pada target harga masing-masing Rp 4.000, Rp 3.200, Rp 9.200 dan Rp 6.300. Secara fundamental, saham-saham ini termasuk defensif, seperti ANTM yang terdongkrak oleh kenaikan harga dan volume penjualan emas yang menjadi aset safe haven.

Selanjutnya: Rekomendasi Warren Buffett: 3 Saham Terbaik untuk Disimpan Seumur Hidup

Menarik Dibaca: Selandia Baru & Indonesia Berkolaborasi Hadirkan Produk Berkelanjutan di Supermarket

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×