Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Produsen minyak kepala sawit alias crude palm oil (CPO) mulai mencari cara untuk bangkit, termasuk PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Maklum saja, tahun ini, kinerja produsen CPO memang cenderung turun lantaran harga CPO yang terus melorot.
Nah, untuk kembali bangkit, AALI berencana mendiversifikasi bisnis ke kebun karet dan tebu. Tak hanya dengan diversifikasi, AALI juga terus memperluas lahan. AALI tengah mengincar dua lahan di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Papua, untuk diversifikasi bisnis tersebut.
Luas lahan di Kalsel sekitar 2.000 hektare. Namun, AALI belum mengungkapkan luas lahan di Papua. AALI berencana menggunakan lahan di Kalsel untuk kebun karet, sedangkan di Papua untuk perkebunan tebu. AALI bahkan telah menyiapkan belanja modal US$ 275 juta - US$ 300 juta untuk rencana tersebut.
Para analis melihat, langkah AALI dengan menyebar portofolio bisnis cukup tepat. Sebab di kuartal III 2012, laba bersih AALI menurun 10% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,7 triliun. Padahal, pendapatan AALI naik 5% yoy menjadi Rp 8,57 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Joseph Pangaribuan bilang, laba AALI turun karena biaya operasional yang membesar. Padahal, harga CPO sedang turun. Ia memprediksi, laba bersih AALI tahun ini akan turun 4,3% yoy menjadi Rp 2,3 triliun.
Menurut Analis AAA Sekuritas, Andy Wibowo Gunawan, biaya operasi AALI naik karena profil tanaman perusahaan yang sudah berumur tua. "Kalau makin tua, tanaman sawit makin tinggi. Panennya jadi sulit akhirnya biaya panen bertambah," ujar dia.
Andy menambahkan, luas lahan di Kalsel yang akan diakuisisi AALI sangat kecil. Dus, ia menghitung, kontribusi pada pendapatan tidak akan terlalu signifikan. "Belum lagi harga karet belakangan juga ikut jeblok," tutur dia.
Dongkrak produksi
Para analis berpendapat, agar laba tetap tumbuh, AALI wajib mengupayakan peningkatan produksi. Andy yakin, anak usaha PT Astra International Tbk itu masih mampu menaikkan produksi CPO menjadi 1,5 juta ton di 2013. Sementara, target produksi CPO tahun 2012 sebanyak 1,4 juta ton bisa tercapai.
Hitungan Andy, kenaikan produksi dapat memacu kenaikan laba bersih AALI di 2013 sebesar 18% menjadi Rp 3,2 triliun dari estimasi tahun ini Rp 2,7 triliun.
Analis Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza, pun yakin, meski biaya produksi AALI membengkak tahun ini, mereka akan berhasil melakukan cost reduction program di 2013. Dia yakin, laba bersih AALI di 2013 bisa naik 8,3% menjadi Rp 2,6 triliun dari estimasi tahun ini Rp 2,4 triliun.
Karena alasan tersebut, para analis masih yakin saham AALI masih layak koleksi dalam 12 bulan ke depan. Leonardo merekomendasikan beli dengan target harga Rp 25.000 per saham. Dia bilang, harga tersebut mencerminkan price earning ratio (PER) 15 kali.
Andy juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 23.400 yang mencerminkan PER 11,6 kali. Joseph juga menyarankan beli dengan target harga Rp 25.000 yang mencerminkan PER 2013 sebesar 17,4 kali. Kemarin, saham AALI menguat 2,51% ke Rp 18.350 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News