kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar efek penerapan metode free float ke saham sektor teknologi


Minggu, 26 September 2021 / 20:00 WIB
Menakar efek penerapan metode free float ke saham sektor teknologi


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) secara bertahap akan menyeragamkan metode penghitungan indeks saham berdasarkan jumlah saham publik yang beredar alias free float.

Sekarang ini mayoritas indeks masih menggunakan metode pembobotan rata-rata tertimbang atas kapitalisasi pasar. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan utama di BEI dijadwalkan bakal menggunakan metode free float mulai 1 Oktober mendatang.

Di tahap pertama ini, ada 30% saham yang bobotnya mulai dihitung berdasarkan free float. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menjelaskan, penerapan metode pembobotan baru tersebut akan memberikan efek terhadap indeks sektoral, misalnya sektor teknologi.

Dengan pembobotan berdasar free float, maka saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar namun jumlah saham publik yang beredar kecil akan terdampak dan bobot pengaruhnya terhadap pergerakan indeks bakal menurun.

Baca Juga: Hadapi efek tapering, Henan Putihrai AM pilih saham siklikal dan defensif

Salah satu saham sektor teknologi yang sempat melesat tinggi ada PT DCI Indonesia Tbk (DCII), saham ini juga turut menjadi pendorong IHSG. Sukarno bilang, berdasarkan asumsi perhitungan pembobotan yang baru maka urutan posisi DCII bisa turun ke 21 (1.0%) dari posisi sebelumnya 11 (1.51%).

Sedangkan yang mengalami kenaikan salah satunya ada saham PT Bukalapak.com (BUKA). “Untuk saham yang mengalami kenaikan posisi bisa menjadi positif. Pun sebaliknya, saham yang mengalami penurunan akan menjadi negatif karena ada tekanan jual dalam jangka pendeknya lantaran ada penyesuaian,” terang dia, Minggu (26/9).

Sukarno melanjutkan, dengan penerapan metode pembobotan baru ini cukup efektif dalam mengurangi pengaruh saham dengan likuiditas kecil terhadap kinerja indeks keseluruhan.

Berdasarkan data statistik BEI, indeks sektor teknologi sudah melejit 789,59% secara year to date (ytd).

Baca Juga: Bukalapak (BUKA) masuk lima indeks saham sekaligus, begini ceritanya

Sukarno melihat, saham-saham seperti BUKA, EMTK, dan DCII masih akan mendominasi pergerakan indeks ini.

Hanya saja pengaruh saham EMTK sedikit berkurang dari awalnya 28,8% menjadi 26,68% dan tergeser oleh posisi BUKA yang sebelumnya berkontribusi 22,14% menjadi 36,71%. Sementara DCII turun dari 27,35% menjadi 18,93%.

“DCII pengaruhnya jadi berkurang karena secara pembobotan mengalami penurunan, jadi sedikit mengurangi pengaruhnya terhadap indeks sektor teknologi ketimbang sebelumnya,” tambah Sukarno.

Sukarno menilai, secara jangka pendek saham BUKA bisa dicermati seiring dengan adanya akumulasi investor asing. Menurutnya, investor bisa trading buy saham BUKA.

Baca Juga: Berikut saham-saham bank pilihan 2 analis yang direkomendasikan untuk dikoleksi

Tapi, Sukarno menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan fundamental serta kemungkinan yang bisa membuat kinerjanya bisa turun. Hal ini mengingat pesaing Bukalapak di industrinya sangat kompetitif.

Ia menambahkan, pelaku pasar bisa menghindari lebih dulu saham-saham yang sudah naik tinggi seperti DCII, karena secara valuasi sudah overvalue dan likuiditasnya terbilang kecil.

Pada perdagangan Jumat (24/9) saham DCII menguat 1,07% ke harga Rp 47.250 per saham. Sementara saham BUKA terpantau stagnan di harga Rp 885 per saham.

Selanjutnya: Rights Issue Rampung, Thaioil Resmi Miliki 15% Saham TPIA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×