kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar Dampak Pencabutan PPKM Tehadap Saham Emiten Properti dan Ritel


Senin, 02 Januari 2023 / 21:07 WIB
Menakar Dampak Pencabutan PPKM Tehadap Saham Emiten Properti dan Ritel
ILUSTRASI. Suasana penjualan ritel modern bahan bangunan di Depok, Jawa Barat (4/12). Menakar Dampak Pencabutan PPKM Tehadap Saham Emiten Properti dan Ritel.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pencabutan PPKM yang dilakukan pemerintah memberikan efek positif terhadap kinerja sektor properti dan ritel.

Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan, sektor yang dapat diperhatikan pasca pencabutan PPKM adalah sektor properti dan ritel. Sebab diperkirakan berpotensi mengalami kenaikan okupansi pengunjung sejalan dengan kenaikan mobilitas masyarakat.

Untuk sektor properti, memang saat ini masih tertekan tingkat inflasi. Namun, Bank Indonesia kembali memperpanjang pelonggaran rasio Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau pembiayaan properti maksimal 100% hingga 31 Desember 2023. 

Hal ini sebagai langkah antisipatif terhadap dampak dari kecenderungan kenaikan suku bunga acuan BI di akhir tahun 2022 hingga awal 2023.

Baca Juga: Saham Konsumsi Akan Bergizi Tinggi

"Secara keseluruhan, pemulihan aktivitas ekonomi turut mendorong peningkatan di sisi retail sales, salah satunya properti dan retail space," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/1).

Sentimen lainnya berasal dari data Indeks Permintaan Properti Komersial yang mencatatkan pertumbuhan sejak pandemi. Pada 2020, Indeks Permintaan Properti Komersial berada di 101,81. Selanjutnya, naik ke 102,84 di 2021 dan meningkat ke 103,51 di 2022.

Trend positif dari Indeks Permintaan Properti Komersial menunjukkan spending masyarakat untuk membeli properti yang meningkat dari tahun ke tahun.

"Hal ini berpotensi mendorong emiten properti untuk melakukan ekspansi usaha serta meningkatkan kinerja pendapatan," jelasnya.

Nah, kedua faktor tersebut berpotensi meredam dampak negatif dari kenaikan suku bunga acuan dengan potensi pemulihan recurring income dari sektor properti. Ini sejalan dengan kecenderungan pemulihan aktivitas masyarakat dapat menjadi sentimen positif lain. 

Baca Juga: Pencabutan PPKM Dianggap Tak Terlalu Berdampak Signifikan Terhadap Kinerja Sektoral

Hal ini ditunjukkan dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di level 119,1 di November 2022, lebih tinggi dari level optimis yakni 100.

Rio berpandangan, saham-saham properti yang memiliki kontribusi recurring income besar dapat diperhatikan karena berpotensi meredam dampak negatif dari tren suku bunga tinggi. Adapun sahamnya CTRA, BSDE, dan PWON.

Beralih ke ritel, Rio memaparkan, sepanjang 2022 rata-rata IKK berada di 119,8 dibanding rata-rata IKK pra-pandemi pada periode yang sama yakni 124,5. Hal ini menunjukkan pemulihan konsumsi masyarakat ke level pra-pandemi.

Di sisi lain, memang ada juga sentimen inflasi yang bisa menghambat. Akan tetapi, trend inflasi diperkirakan akan menurun mengingat inflasi secara bulanan sempat mengalami deflasi sebesar 0,11% MoM di Oktober 2022 dan relatif landai sebesar 0,09% mom di November 2022.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×