kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memburu peluang saham rights issue


Jumat, 13 April 2018 / 12:40 WIB
Memburu peluang saham rights issue


Reporter: Agung Jatmiko, Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Goncangan di pasar saham rupanya mempengaruhi minat investor menggelar aksi korporasi di bursa. Aksi rights issue di kuartal satu tahun ini tak sebanyak aksi serupa di tahun lalu.

Di tiga bulan pertama tahun ini, hanya ada tiga emiten yang menggelar rights issue. Nilainya pun hanya Rp 851 miliar. Sementara di periode yang sama setahun silam, ada delapan emiten menggelar rights issue dengan nilai emisi Rp 9,49 triliun.

Analis menilai, tak tertutup kemungkinan jumlah rights issue tahun ini bakal lebih rendah ketimbang tahun lalu, bahkan lebih rendah dari 2016. Emiten saat ini cenderung mengambil sikap wait and see. "Mereka belum memiliki gambaran untuk ekspansi long term," ujar Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan kepada KONTAN, Kamis (12/4).

Sekadar menyegarkan ingatan, tahun lalu nilai emisi rights issue mencapai rekor Rp 88,2 triliun, lebih tinggi ketimbang 2016 yang sebesar Rp 67,12 triliun. Padahal di 2016 ada 34 perusahaan yang melakukan rights issue, sementara di 2017 hanya 25.

Tapi perlu diingat, tahun lalu banyak rights issue dengan nilai jumbo. Bumi Resources menggelar rights issue senilai Rp 35,08 triliun. Lalu Chandra Asri Petrochemical dan Trada Alam Minera masing-masing menggelar rights issue dengan emisi lebih dari Rp 5 triliun.

Tahan ekspansi

Ada beberapa faktor yang membuat analis meramal rights issue bakal lebih sepi tahun ini. Pertama, banyak emiten berhati-hati membuat kebijakan ekspansi, apalagi menjelang tahun politik. "Emiten tak agresif," ujar Alfred.

Ia menilai para emiten sudah menggenjot ekspansi sepanjang tahun lalu. Emiten baru akan kembali menggelar ekspansi usai proses pergantian kepala negara selesai.

Alfred menyangkal aksi penerbitan saham baru sepi lantaran emiten memilih pendanaan bank. Dengan kenaikan suku bunga AS, suku bunga Indonesia juga bisa ikut naik. Emiten pun diyakini sadar hal ini.

Kedua, efek dilusi juga menjadi faktor yang membuat emiten ogah rights issue. Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman menilai, emiten lebih memilih menerbitkan obligasi. "Rights issue masih ada hingga akhir tahun, tapi nilainya tidak sebanyak tahun lalu," prediksi dia.

Ketiga, tekanan dari luar negeri turut mempengaruhi. Tekanan itu membuat bursa saham tertekan oleh keluarnya arus dana asing, sehingga membuat pasar saham menjadi kurang menarik.

Meski begitu, Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai rights issue akan menjadi opsi pendanaan pilihan emiten. Sebab, ke depan, opsi ini lebih menarik ketimbang pinjaman bank atau penerbitan obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×