kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik Potensi CFD Saham AS Setelah Kenaikan Suku Bunga The Fed


Rabu, 23 Maret 2022 / 17:29 WIB
Melirik Potensi CFD Saham AS Setelah Kenaikan Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. Pasar saham AS ke depan dinilai punya potensi yang menjanjikan di tengah tren kenaikan suku bunga.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) telah menaikkan suku bunga acuan 25 bps pada pekan lalu. Ke depan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan secara gradual.

Dengan kondisi ini, pasar saham AS ke depan dinilai punya potensi yang menjanjikan. Bagi investor yang tertarik masuk ke bursa AS, Contract for Difference (CFD) bisa menjadi pilihan. Di Indonesia, beberapa pialang berjangka menawarkan instrumen CFD ini, salah satunya adalah PT DC Futures (DCFX). 

Lewat DCFX, investor bisa merasakan eksposur saham AS melalui CFD. Tercatat, terdapat tiga puluh saham yang bisa jadi pilihan investor seperti saham milik Apple, Amazon, American Express, Boeing, Citigroup, Cisco, Walt Disney, eBay, Facebook, Google, Goldman Sachs, Intel Corp, JP Morgan, Coca-Cola, Mastercard, Exxon, Verizon, Microsoft, Nike, Visa, Walmart dsb.  

Baca Juga: Pluang Siapkan Contract for Difference Product untuk Investasi ke Saham AS

Chief Analyst DCFX Lukman Leong mengatakan berinvestasi di saham lewat CFD sedikit berbeda dengan berinvestasi saham pada umumnya. Pasalnya, di CFD, investor dapat melakukan two-way trading, alias mengambil posisi dan keuntungan ketika harga sedang naik ataupun turun. 

“CFD ini memiliki fitur leverage dan two-way trading yang akan bisa menjadi keuntungan apabila diterapkan secara benar, namun bisa juga menjadi bumerang,” kata Lukman ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/3).

Lukman mengingatkan bahwa dari sisi risiko, CFD punya risiko yang tinggi. Apalagi, jika leverage yang digunakan besar. Oleh karena itu, ia mengingatkan perlu manajemen risiko yang baik jika ingin terjun ke CFD. Jika investor punya manajemen risiko yang buruk, bukan tidak mungkin dana bisa 100% hilang dan equity menjadi negatif.

Baca Juga: Wall Street Naik, Saham Teknologi dan Pertumbuhan Jadi Penopangnya

Guna memitigasi risiko tersebut, dia menyarankan para investor menerapkan manajemen risiko untuk cut loss. Untuk besaran angkanya, sebenarnya tidak ada angka yang tetap dan pasti, tergantung masing-masing investor, namun Lukman menyebut idealnya risiko tiap trade adalah 2%-5% dari total modal.

Selain itu, dari sisi modal, masuk ke CFD juga perlu dana yang cukup besar. Lukman menyebut untuk pembukaan rekening di DCFX, nominal minimalnya adalah US$ 200. Namun, untuk transaksi CFD saham, ia bilang idealnya investor punya dana US$ 1.000. Sementara untuk margin trading di DCFX, Lukman menyebut besarannya adalah 1:100.

“Dari sisi keuntungan, transaksi CFD saham ini idealnya bisa memberikan imbal hasil 10-20%,” imbuhnya.

Baca Juga: IHSG Melemah Pada Rabu (23/3), Investor Asing Masih Mencatat Net Buy

Bicara soal prospek, Lukman menilai saat ini saham CFD cukup atraktif. Setelah koreksi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir imbas sikap pelaku pasar yang mengantisipasi rate hike cycle dari The Fed, kini saham-saham AS secara umum tengah berada dalam diskon besar. Dia bilang, saham-saham blue chip seperti Tesla, Netflix, Amazon, dan Microsoft adalah beberapa saham yang menarik.

“Selain itu, pelaku pasar juga melihat ekonomi AS akan sanggup menyerap kenaikan suku bunga yang besar tahun ini dan inflasi akan berhasil diredam tanpa ekonomi mengalami resesi. Ini memberikan peluang yang menarik,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×