Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hajatan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) sepanjang tahun berjalan ini masih sepi. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, tercatat baru13 emiten anyar dengan nilai Rp 6,94 triliun yang masuk per 25 April 2025.
Teranyar, PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) yang baru melantai pada 14 April 2025. Emiten yang bergerak dibidang makanan dan minuman ini berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp 353,44 miliar.
Dari 13 emiten anyar itu, ada 6 saham yang melonjak dari harga IPO. Kenaikan tertinggi terjadi pada saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) yang sudah melesat 391,30% per Senin (28/4).
Lalu, saham emiten jasa penunjang tambang nikel PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE), yang sudah mengembang 154,63% menjadi Rp 550 dari harga IPO di Rp 216 per saham.
Baca Juga: OJK Belum Terima Pengajuan Rencana IPO Bank DKI
Kemudian ada saham FORE yang sudah menguat 100% dan PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) yang meningkat 94,68% dari harga penawaran umum perdana saham.
Selain mencatatkan kenaikan, ada pula 5 saham emiten baru yang harganya sudah turun dari harga IPO. Yakni, PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC) yang anjlok 75,24% dari harga IPO di Rp 210 menjadi Rp 52.
Saham PT Jantara Grupo Indonesia Tbk (KAQI), PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX) dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) masing-masing melemah 57,63%, 54,87% dan 33,26%.
Kemudian saham PT Medela Potentia Tbk (MDLA) dan PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) yang flat dibandingkan harga IPO. MDLA parkir di level Rp 188 dan YOII di Rp 100 per saham.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila mengatakan di tengah volatilitas pasar saham, sebenarnya saham-saham pendatang baru di BEI masih bisa diperhatikan.
"Investor perlu melihat fundamental dari masing-masing emiten dan prospek industri serta memperhatikan strategi penggunaan dana IPO," jelasnya kepada Kontan, Minggu (27/4).
Baca Juga: RATU Jadi Saham IPO Tercuan, Siapa yang Terboncos?
Indy menilai saham FORE bisa dicermati. Ini seiring dengan rencana ekspansi FORE yang baik dan prospek sektor konsumer di tengah potensi peningkatan daya beli.
"Prospek sektor konsumer dengan daya beli yang masih bisa meningkat sehingga dapat menjaga margin perusahaan," kata dia.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menyarankan di tengah volatilitas sebaiknya investor melirik saham big caps dengan fundamental yang sudah teruji.
"Lebih baik saham big caps yang valuasinya sudah murah," kata Budi
Namun kalau mau melirik saham emiten baru, Budi menyarankan investor melirik emiten dengan Pemegang Saham Pengendali (PSP) yang berkomitmen dan yang free float-nya tidak besar, bahkan dibatas minum.
Pipeline IPO
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna penjelasan hingga saat ini, terdapat 32 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI.
Berdasarkan skalanya, ada 18 perusahaan dengan aset skala menengah atau memiliki nilai aset antara Rp 50 miliar–Rp 250 miliar. Kemudian 11 perusahaan dengan nilai aset di atas Rp 250 miliar.
“Ada tiga perusahaan yang masuk dalam skala kecil dengan nilai aset di bawah Rp 50 miliar,” jelas Nyoman, Senin (28/4).
Baca Juga: Siap-Siap! DKH Hospitals Akan IPO Saham DKHH Di BEI, Cek Jadwalnya
Melansir laman e-IPO, hanya ada PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) yang sedang berproses untuk melakukan IPO. DKHH telah menuntaskan masa penawaran awal alias bookbuilding pada Senin (28/4).
Perusahaan yang mengelola rumah sakit DKH Hospitals menawarkan maksimal 530 juta saham baru dengan harga di kisaran Rp 100–Rp 132. Ini setara dengan 20,78% dari modal ditempatkan dan disetor pasca IPO.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan masih ada 102 perusahaan yang saat ini tengah berada dalam pipeline penawaran umum perdana saham dengan total estimasi dana Rp 14,88 triliun.
Selanjutnya: Kinerja Pertamina Geothermal (PGEO) Lesu di Awal Tahun, Ini Prospek & Rekomendasinya
Menarik Dibaca: Tren Kejahatan Siber 2025: Email Phising Berkeliaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News