CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Melihat prospek saham emiten komoditas pasca Malaysia, India dan Australia lockdown


Selasa, 01 Juni 2021 / 06:35 WIB
Melihat prospek saham emiten komoditas pasca Malaysia, India dan Australia lockdown


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Malaysia, salah satu negara penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia, akan memberlakukan karantina wilayah (lockdown) kembali pada 1 hingga 14 Juni 2021. 

Kebijakan lockdown juga tengah berlaku untuk Negara Bagian Victoria, Australia hingga 3 Juni mendatang. Australia dikenal sebagai negara penyuplai batubara terbesar. 

Sementara itu, India sebagai negara dengan permintaan CPO yang besar, juga tengah menghadapi tsunami Covid-19. 

Analis Erdhika Elit Sekuritas Hendri Widiantoro menjelaskan kondisi di Malaysia dan India akan mengganggu demand dan supply CPO. Apabila permintaan (demand) terganggu maka harga akan cenderung turun, sedangkan apabila supply terganggu maka harga akan naik. 

Baca Juga: Cermati rekomendasi saham emiten batubara saat harga batubara sedang naik

"Maka menurut kami ketika dari kedua sisi tersebut terganggu maka akan ada kemungkinan kenaikan harga dari komoditas CPO namun kenaikannya tertahan karena demand yang di India juga terganggu," jelas Hendri kepada Kontan, Senin (31/5). 

Kemudian untuk batubara (coal) terkait kebijakan lockdown di Australia akan mempengaruhi harga komoditas batubara cenderung meningkat, karna produksi terganggu. Ditambah lagi China juga tengah terjadi musim penghujan dengan curah hujan yang cukup tinggi bahkan mengakibatkan banjir, yang membuat beberapa hari kemarin harga batubara juga mengalami kenaikan karena produksi dan supply terganggu. 

Kemudian dari domestik sendiri untuk batubara juga sedikit terganggu terkait soal pajak karbon yang dalam jangka menengah bisa mengerem industri akan kebutuhan bahan bakar batubara. Pemerintah juga berencana tidak akan menambah lagi pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara dalam rangka mengurangi emisi karbon. 

"Sehingga untuk batubara sendiri sebenarnya sedang dibayangi oleh dua katalis yakni positif dan negatif," imbuhnya. 

Baca Juga: Proyeksi IHSG di bulan Juni 2021 dan saham-saham yang bisa dicermati

Dus, untuk emiten berbasis komoditas CPO tentu ini cenderung rawan meskipun Hendri memproyeksi akan ada kenaikan namun cenderung tertahan. Tetapi para pelaku pasar juga tetap harus memperhatikan dari sisi demand terutama yang ada di India. 

Kemudian untuk emiten batubara untuk jangka pendek terkait kebijakan lockdown Australia kemudian curah hujan yang tinggi di China, menurut Hendri akan menjadi salah satu katalis positif untuk harga batubara.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×