Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar atau big cap berhasil mencetak kinerja yang positif sepanjang tahun 2021.
Berdasarkan data RTI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil tumbuh 7,83%, selanjutnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 2,09% sepanjang 2021, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melesat 22,05%, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melejit 11,07%.
Selanjutnya saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) melonjak hingga 312,60%, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tumbuh 9,31%, kemudian PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) meningkat 62,86%.
Sementara itu, saham PT Astra International Tbk (ASII) terkoreksi 5,39% secara ytd, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 44,08%, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) minus 10,66%, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) turun 35,88% secara ytd.
Analis Binaartha Sekuritas Lingga Pratiwi menilai, penurunan harga saham-saham big cap dipengaruhi oleh sejumlah sentimen.
Misalnya saja dari sektor tembakau yang terpengaruh oleh kenaikan tarif cukai, konsumen akan beralih ke merk harga yang lebih murah karena pertumbuhan cukai lebih tinggi pada 2022 dibandingkan dengan 2021.
Baca Juga: Saham Big Cap: IHSG Mendaki, HMSP Naik 3 Hari, BBNI, UNVR Turun Terdalam
Naiknya tarif cukai tersebut akan mendorong perusahaan rokok seperti HMSP untuk menanggung biayanya.
Sedangkan pergerakan saham TPIA terpengaruh oleh kinerja perusahaannya. Menurut Lingga, pertumbuhan penjualan TPIA yang cenderung datar disebabkan oleh berlanjutnya pembatasan karena pandemi Covid-19.
Sehingga, margin akan tetap rendah karena kelebihan pasokan global saat ini akan terus berlanjut, sedangkan permintaan belum pulih.
Secara keseluruhan, untuk saham-saham yang mayoritas mencatatkan pertumbuhan kinerja tak lepas dari pulihnya kondisi ekonomi.
“Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal III-2021 tercatat sebesar 3,5% yoy, terutama didorong oleh pemerintah belanja dan ekspor,” ungkapnya, Minggu (2/1).
Selain itu, data PMI Manufaktur, kepercayaan konsumen, dan penjualan ritel menunjukkan angka yang pulih. Tahun ini BI memperkirakan pertumbuhan PDB 2022 sebesar 4,7%-5,5%, didukung oleh pemulihan ekonomi global.
Lingga menambahkan, pemulihan pertumbuhan ekonomi memberikan likuiditas terutama untuk big caps, korelasi yang kuat antara komoditas harga dan konsumsi domestik yang akan positif bagi perekonomian Indonesia.