Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, pada semester 1-2019, SKM FF berkontribusi sebesar 82,2% terhadap total volume penjualan GGRM yang sebanyak 46,6 miliar batang.
"Di sisi lain, penjualan HMSP masih lebih kuat pada produk-produk Mild yang tergolong sigaret kretek mesin rendah tar (SKM LT)," ungkap Christine.
Memang, merujuk laporan keuangan GGRM per Juni 2020, kenaikan pendapatan GGRM utamanya didorong oleh penjualan produk SKM di pasar lokal yang tumbuh 1,26% menjadi Rp 48,18 triliun dan sigaret kretek tangan (SKT) yang meningkat 11% yoy menjadi Rp 4,22 triliun. Kontribusi masing-masing produk ini mencapai 89,8% dan 7,86% terhadap total penjualan GGRM.
Baca Juga: Kinerja merosot, begini prospek saham HMSP
Sementara itu, penjualan SKM HMSP pada semester 1-2020 justru merosot 15,14% yoy, dari Rp 35,93 triliun menjadi Rp 30,5 triliun. Padahal, kategori produk ini menyumbang 68,18% terhadap total pendapatan HMSP.
Oleh karena itu, Victoria menilai, prospek GGRM masih cukup bagus di tengah kinerja emiten lain yang mungkin tertekan lebih dalam pada kuartal II-2020.
"Meskipun dari segi volume menurun, tapi semoga saja GGRM masih menjaga level harga jualnya yang bagus jadi bisa meng-offset penurunan volume," ucap Victoria.
Ia merekomendasikan buy GGRM dengan target harga sementara di Rp 55.000 per saham. Sementara Christine mempertahankan rekomendasi hold HMSP dengan target harga Rp 1.820 per saham. Pada perdagangan Rabu (29/7), GGRM ditutup di level Rp 49.650 per saham dan HMSP Rp 1.725 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News