Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada paruh pertama tahun 2020, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,72% year on year (yoy), dari Rp 52,74 triliun menjadi Rp 53,65 triliun.
Ini berkebalikan dengan pendapatan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang merosot 11,8% yoy, dari Rp 50,72 triliun menjadi Rp 44,73 triliun.
Akan tetapi, dua produsen besar rokok ini sama-sama mencatatkan penurunan laba bersih. GGRM misalnya, hanya meraih laba bersih sebesar Rp 3,82 triliun atau lebih rendah 10,75% yoy. HMSP bahkan mencatatkan penurunan lebih dalam, yakni 27,82% yoy menjadi Rp 4,89 triliun.
Baca Juga: Laba bersih Gudang Garam (GGRM) turun 10,75% pada semester I-2020, ini penyebabnya
Analis MNC Sekuritas Victoria Venny menilai, pendapatan GGRM lebih bagus dibanding HMSP karena memiliki rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) yang masih stabil dibandingkan HMSP.
"Sedangkan penurunan laba bersih GGRM terjadi karena harga pokok penjualan meningkat akibat kenaikan tarif cukai," kata Victoria saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/7).
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya berpendapat, penjualan GGRM masih tumbuh karena tertolong oleh penjualan produk sigaret kretek mesin full flavoured (FF). Contoh kategori SKM FF adalah produk-produk yang termasuk ke dalam Gudang Garam Series dan Surya Series.
Baca Juga: Pengamat: Simplifikasi struktur cukai ciptakan keseimbangan industri rokok
Seperti diketahui, SKM FF ditawarkan dengan harga yang lebih hemat. Alhasil, ini dapat menjadi alternatif perokok di tengah dampak ekonomi akibat Covid-19 yang berpotensi menurunkan daya beli.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, pada semester 1-2019, SKM FF berkontribusi sebesar 82,2% terhadap total volume penjualan GGRM yang sebanyak 46,6 miliar batang.
"Di sisi lain, penjualan HMSP masih lebih kuat pada produk-produk Mild yang tergolong sigaret kretek mesin rendah tar (SKM LT)," ungkap Christine.
Memang, merujuk laporan keuangan GGRM per Juni 2020, kenaikan pendapatan GGRM utamanya didorong oleh penjualan produk SKM di pasar lokal yang tumbuh 1,26% menjadi Rp 48,18 triliun dan sigaret kretek tangan (SKT) yang meningkat 11% yoy menjadi Rp 4,22 triliun. Kontribusi masing-masing produk ini mencapai 89,8% dan 7,86% terhadap total penjualan GGRM.
Baca Juga: Kinerja merosot, begini prospek saham HMSP
Sementara itu, penjualan SKM HMSP pada semester 1-2020 justru merosot 15,14% yoy, dari Rp 35,93 triliun menjadi Rp 30,5 triliun. Padahal, kategori produk ini menyumbang 68,18% terhadap total pendapatan HMSP.
Oleh karena itu, Victoria menilai, prospek GGRM masih cukup bagus di tengah kinerja emiten lain yang mungkin tertekan lebih dalam pada kuartal II-2020.
"Meskipun dari segi volume menurun, tapi semoga saja GGRM masih menjaga level harga jualnya yang bagus jadi bisa meng-offset penurunan volume," ucap Victoria.
Ia merekomendasikan buy GGRM dengan target harga sementara di Rp 55.000 per saham. Sementara Christine mempertahankan rekomendasi hold HMSP dengan target harga Rp 1.820 per saham. Pada perdagangan Rabu (29/7), GGRM ditutup di level Rp 49.650 per saham dan HMSP Rp 1.725 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News