Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penghuni baru MSCI tercatat mengalami kenaikan kepemilikan asing dalam sebulan terakhir.
Asal tahu saja, MSCI resmi memasukkan saham PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) ke dalam MSCI Global Standard Indexes pada Agustus 2025 lalu.
Sementara itu, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) terdepak dari indeks utama dan dipindahkan ke kategori MSCI Small Cap Indexes.
ADRO masuk ke kategori ini bersama lima saham lainnya, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT MNC Land Tbk (KPIG), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).
Baca Juga: IHSG Naik ke 8.072 Hari Ini (2/10) Saat Ada Net Sell Asing Total Rp 1,42 Triliun
Di sisi lain, MSCI mendepak saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF) dari konstituen MSCI Small Cap Indexes.
Melansir data Bloomberg, dibandingkan dengan tanggal 27 Agustus 2025, asing yang mengempit saham DSSA jumlahnya naik 0,21% per hari ini. Sementara, jumlah investor lokalnya tak berubah.
Kepemilikan asing di saham CUAN naik 0,36% dari tanggal 27 Agustus, sedangkan investor lokalnya hanya naik 0,02%.
Porsi investor asing di MBMA per hari ini turun 0,18% dibandingkan dengan tanggal 27 Agustus 2025, sedangkan investor lokalnya naik 0,01%.
Di saham PNLF, porsi kepemilikan investor asing berkurang 0,04% dibandingkan pada tanggal 27 Agustus. Sementara, investor lokal bertambah 0,07%.
Dalam sebulan terakhir, ada aliran dana asing yang masuk ke CUAN Rp 253,68 miliar di pasar reguler. MBMA juga dibeli asing Rp 179,23 miliar di pasar reguler.
Namun, DSSA malah dijual asing Rp 99,66 miliar di pasar reguler. PNLF juga dijual asing Rp 82,83 miliar dalam sebulan terakhir di pasar reguler.
Baca Juga: MSCI Lakukan Rebalancing, Kapan Waktu yang Tepat untuk Beli?
Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su mengatakan, saham-saham yang baru masuk ke MSCI, seperti DSSA dan CUAN, mengalami kenaikan porsi kepemilikan asing karena adanya arus beli dari dana pasif dan aktif yang mengikuti indeks.
“Sebaliknya, saham yang didepak dari indeks seperti MBMA dan PNLF terlihat menghadapi tekanan jual asing, sehingga porsi lokal meningkat,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/10).
Dari sisi volume dan nilai transaksi, hampir semua saham yang baru masuk MSCI mencatat lonjakan transaksi menjelang dan pada hari efektif rebalancing.
Menurut Harry, saham yang masuk MSCI memang diuntungkan oleh efek indeks karena adanya forced buying dari manajer investasi global.
“Sehingga, likuiditas dan harga mereka biasanya terdorong naik,” ungkapnya.
Untuk saham yang keluar dari MSCI, seperti MBMA dan PNLF, efek awal yang terjadi adalah penurunan volume perdagangan dan tekanan pada harga karena ada pelepasan dari dana pasif.
“Hal ini juga terlihat dari berkurangnya porsi kepemilikan asing dalam data KSEI setelah rebalancing,” katanya.
Prospek dan Rekomendasi
Harry melihat, dari segi prospek fundamental, DSSA tengah melakukan transisi model bisnis dari ketergantungan pada batu bara menuju infrastruktur digital dan komunikasi dalam ekosistem Sinarmas.
Saat ini, manajemen menargetkan kontribusi pendapatan dari segmen non-batubara mencapai lebih dari 30% dalam 3–5 tahun ke depan.
Harry pun merekomendasikan speculative buy untuk DSSA dengan target harga Rp 150.000 per saham yang didukung oleh faktor inclusion MSCI.
“Masuknya saham ini ke dalam MSCI Indonesia Global Standard Index baru-baru ini telah memberikan dorongan likuiditas, momentum yang kuat, serta meningkatkan minat investor, sekaligus menarik aliran dana asing,” ungkapnya.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman melihat, pola kenaikan transaksi normalnya akan terlihat pada saham-saham yang potensi masuk di periode menuju announcement date dan saham yang masuk dalam MSCI di H-1 effective date.
Saham-saham yang masuk dan keluar indeks juga biasanya akan mengalami normalisasi dari sisi transaksi setelah beberapa hari rebalancing, apabila tidak ada hal lain yang bisa jadi pemicu inflow lebih besar.
Dengan pola transaksi belakangan ini, DSSA dan BREN berpotensi masih bertahan di indeks MSCI pada rebalancing selanjutnya lantaran likuiditas dan harga mereka yang masih terjaga.
“Sementara, (emiten baru) yang berpotensi masuk dari keadaan saat ini ada BRMS, BREN & EMTK,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/10/2025).
Selanjutnya: Batal Diserap SPBU Swasta, Pertamina Tenggak Sendiri BBM Pasokan Impor
Menarik Dibaca: Jadi Tren, Ini 6 Manfaat Olahraga Padel untuk Wanita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News