kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Melemah 10,51% Sebulan, Begini Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA)


Senin, 11 Juli 2022 / 18:27 WIB
Melemah 10,51% Sebulan, Begini Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA)
ILUSTRASI. Harga saham Chandra Asri (TPIA) melemah 10,51% dalam sebulan terakhir dan menguat 19,11% sejak awal tahun.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) stagnan di level Rp 8.725 pada Senin (11/7) ini. Harga saham TPIA melemah 10,51% dalam sebulan terakhir dan menguat 19,11% sejak awal tahun.

Sejumlah analis memandang prospek bisnis TPIA masih menjanjikan. Meski, harga minyak dunia yang masih di level tinggi perlu diwaspadai lantaran berpotensi menekan kinerja industri petrokimia.

TPIA pun baru mendapat kucuran dana dalam bentuk fasilitas pinjaman US$ 100 juta dari Bank OCBC NISP. Pinjaman dengan jangka waktu 10 tahun itu ditujukan untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis industri petrokimia.

Baca Juga: Harga Minyak Fluktuatif, Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA)

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri, Suryandi menyebut, fasilitas pinjaman yang diberikan oleh OCBC NISP sebesar US$100 juta memiliki term jangka panjang yang sesuai rencana bisnis perusahaan.

"Adapun dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mendanai general corporate purposes," ujar Suryandi kepada Kontan.co.id, Senin (11/7), tanpa merinci alokasi penggunaan dana yang dimaksud.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Juli 2022, Chief Financial Officer TPIA, Andre Khor mengungkapkan bahwa Chandra Asri berkomitmen meningkatkan kapasitas guna memenuhi pertumbuhan permintaan produk petrokimia di dalam negeri.

Salah satu strategi Chandra Asri adalah mengembangkan kompleks CAP2 berskala global. Pembangunan kompleks ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor dan mengembangkan industri hilir petrokimia lokal.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA) yang Baru Dapat Pinjaman US$ 100 Juta

Prospek Bisnis dan Rekomendasi Saham

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto memandang fasilitas pinjaman sebesar US$ 100 juta yang diperoleh dari OCBC NISP terbilang wajar dan tidak akan terlalu membebani kinerja TPIA. Analisa Pandhu, rasio utang TPIA saat ini relatif rendah dengan debt to equity ratio (DER) hanya sekitar 0,5x.

Rasio ini membaik karena akhir tahun lalu TPIA melakukan rights issue sehingga posisi saldo kas untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capex) dan pembayaran utang masih mencukupi.

"Struktur permodalan yang sehat ini menjadi bekal yang penting bagi perusahaan untuk menggenjot ekspansi bisnisnya," kata Pandhu.

Baca Juga: Saham LQ45 Diobral, Simak Rekomendasi Saham yang Prospektif

Namun terhadap prospek kinerja TPIA dan industri petrokimia, Pandhu memberikan catatan. Dengan bahan baku utama berupa minyak bumi, perusahaan petrokimia seperti TPIA cenderung memiliki kinerja yang cukup volatile, dan akan sangat terpengaruh oleh perubahan harga minyak.

Secara pergerakan harga pun TPIA sudah cukup sensitif, terutama sejak tahun 2016. Ketika harga minyak menguat, maka harga saham TPIA akan cenderung turun, seperti yang terjadi pada dua bulan terakhir.

Kondisi ini juga tercermin dari kinerja TPIA hingga periode kuartal pertama. TPIA membukukan pendapatan bersih senilai US$ 677,7 juta, naik 13,3% dari raihan di kuartal pertama 2021 yang sebesar US$ 598,4 juta.

Meski pendapatan naik, beban pokok pendapatan TPIA juga meningkat 45% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 652,7 juta dari sebelumnya US$ 450,8 juta. Kenaikan beban ini sebagian besar disebabkan oleh rata-rata harga bahan baku yang lebih tinggi.

Sebagai hasilnya, selama kuartal pertama 2022, TPIA mencatat rugi bersih periode berjalan senilai US$ 11,11 juta. Posisi ini berbanding terbalik dari kinerja TPIA di kuartal pertama 2021 yang membukukan laba bersih hingga US$ 84,38 juta.

Meski begitu, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya melihat kinerja yang diraih TPIA pada kuartal pertama lebih karena terimbas sentimen global. Kenaikan harga minyak serta sejumlah kejadian di dunia termasuk lockdown di China membuat kondisi menjadi tidak kondusif.

Baca Juga: Emisi Obligasi Korporasi Bakal Makin Semarak, Kian Menarik untuk Investasi

Cheril optimistis kinerja TPIA bisa membaik. Sebab, sentimen global tersebut dalam jangka menengah hingga panjang cenderung akan memudar. Cheril pun memberikan rekomendasi hold saham TPIA dengan target harga di Rp 9.000 dan mencermati support kuat di area Rp 8.275.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo juga memandang TPIA masih menarik untuk dicermati. Saat ini, pergerakan saham TPIA masih cenderung sideways dan menguji resistance

Saran Azis, wait and see terlebih dulu. Pelaku pasar bisa dilakukan buy on break jika TPIA dapat breakout dari Rp 8.775. Jika breakout, maka resistance selanjutnya berada di level Rp 9.000-Rp 9.400.

"Waspadai jika harga saham bergerak menurun dan menembus support Rp 8.475-Rp 8.575," sebut Azis

Baca Juga: Kinerja Bisnis SCG Tumbuh Positif Hingga Kuartal I-2022

Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat kondisi makro ekonomi, krisis energi, dan kestabilan harga saat ini bisa menjadi sentimen negatif yang menghambat pertumbuhan kinerja TPIA.

Meski begitu, prospek industri petrokimia secara jangka panjang tetap menarik. William pun masih memberikan rekomendasi buy dengan memperhatikan area support di Rp 8.475 dan resistance pada Rp 9.300.

Pandhu menambahkan, sebagai market leader di industri petrokimia, pertumbuhan jangka panjang TPIA memang akan relatif stabil. Beberapa katalis lain yang mampu mendorong pertumbuhan antara lain sinergi dengan program pemerintah seperti pembangunan jaringan gas nasional.

TPIA telah mempersiapkan material bahan baku pipa gas dengan klasifikasi PE 100 yang lebih efisien. Perhatian TPIA terhadap aspek environmental, social and governance (ESG) juga relatif besar, seperti pada pembangunan jalan aspal berbahan dasar dari plastik daur ulang.

"Aksi ini diharapkan dapat meningkatkan rating ESG dari TPIA, sehingga dapat menarik minat para investor yang belakangan ini semakin sensitif terhadap komitmen ESG," imbuh Pandhu.

Baca Juga: Ini Penyebab Kerugian US$ 11,1 Juta Chandra Asri (TPIA) di Kuartal Pertama 2022

Namun dari sisi kinerja, Pandhu kembali mengingatkan bahwa harga minyak yang masih bertahan di level yang cukup tinggi diperkirakan masih menekan kinerja TPIA pada kuartal kedua.

Pandhu merekomendasikan untuk wait and see terlebih dulu. Untuk tahun ini, target harga TPIA berada di sekitar Rp 8.000, sehingga saat ini pelaku pasar cenderung disarankan untuk sell on strength.

"Mungkin baru akan menarik jika harga minyak sudah berada di bawah level US$ 75 per barel sehingga profit margin TPIA akan membaik dan diharapkan sudah membukukan bottom line positif kembali," pungkas Pandhu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×