kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Melebarnya Konflik di Timur Tengah Berpotensi Kian Menyulut Harga Minyak Mentah


Jumat, 19 Januari 2024 / 14:14 WIB
Melebarnya Konflik di Timur Tengah Berpotensi Kian Menyulut Harga Minyak Mentah
ILUSTRASI. Minyak mentah. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina di jalur Gaza, kini muncul gesekan lain di wilayah Timur Tengah, yakni di Kawasan Laut Merah.

Konflik antara Houthi Yaman dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris kian memanas. Konflik ini bermula ketika kelompok Houthi menyerang kapal bantuan Israel yang bernavigasi di seputaran Laut Merah.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai, secara histori konflik dan perang yang terjadi di Kawasan Timur Tengah akan memicu kenaikan harga komoditas.  Terlebih, dua negara Timur Tengah yakni Iran dan Irak memegang peranan penting terhadap harga minyak.

“Belum lagi terdapat konflik di Laut Merah yang mana menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Mediterania,” terang Nafan. 

Baca Juga: Menakar Prospek Saham MEDC, AKRA, Hingga PGAS Kala Konflik Timur Tengah Memanas

Blokade di laut merah bisa menimbulkan gangguan supply chain global, yang berdampak pada naiknya ongkos dan waktu pengiriman.  Dus, menurut Nafan, rentetan konflik di Timur Tengah berpotensi mendorong kenaikan harga minyak.

Sentimen kenaikan harga minyak juga didukung oleh kebijakan negara OPEC+ untuk memangkas produksi minyak.

Sebelumnya, Kepala Riset RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya menaksir harga minyak mentah Brent akan berada pada level US$ 85 per barel pada tahun ini, dan akan berada di level US$ 80 per barel untuk 2025 sampai 2026.

Estimasi tersebut telah memperhitungkan sejumlah skenario pulihnya permintaan tahun ini, seperti akselerasi pertumbuhan ekonomi China dan normalisasi suku bunga. 

Permintaan minyak global diproyeksi akan mencapai 104,4 juta barel per hari pada tahun 2024 dengan defisit rata-rata sebesar 1,5 juta barel per hari.

Baca Juga: Konflik Makin Panas, Minyak Mendidih

Sebagai gambaran, pada akhir November 2023, beberapa negara OPEC+ mengumumkan adanya tambahan pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang akan dilakukan pada kuartal I-2024. 

Pemangkasan produksi ini akan dilakukan secara bertahap, tergantung pada kondisi pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×