Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan emiten baru. PT Pinago Utama Tbk (PNGO) secara resmi mencatatkan saham perdana atau listing pada hari ini, Senin (31/8).
Saat perdagangan perdananya, emiten ke-37 yang tercatat sepanjang tahun 2020 itu naik hingga 24% ke harga Rp 312. Sebelumnya, harga saham PNGO dibuka di Rp 250.
Adapun volume perdagangannya tercatat mencapai 3.000 saham, dengan nilai perdagangan Rp 936.000. Sementara frekuensi perdagangannya mencapai dua kali.
Baca Juga: Ini dua calon emiten yang akan IPO pada Agustus, siapa saja?
Asal tahu saja, emiten yang bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit dan karet serta industri penunjangnya itu melepas sebanyak 156,25 juta saham atau setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Pinago pun menetapkan harga penawaran Rp 250 per saham.
Dengan demikian, melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), PNGO mampu mengantongi dana segar hingga Rp 39,06 miliar.
Dalam prospektus perusahaan dijelaskan, PNGO berencana mengalokasikan sebanyak 0,05% dari saham ditawarkan atau setara 80.000 saham untuk program alokasi karyawan (Employee Stock Allocation).
Selain itu, dana hasil IPO akan dimanfaatkan untuk modal kerja seperti pembelian pupuk, pembelian Tandan Buah Segar (TBS) dan pembelian bahan Olahan Karet (Bokar) yang berasal dari masyarakat. Serta pembayaran kontraktor untuk biaya sewa alat berat dan konstruksi.
“Adanya dana hasil IPO ini juga akan memperkuat struktur permodalan perseroan untuk merealisasikan rencana strategis ke depannya guna meningkatkan kinerja perseroan," jelas Direktur Utama PNGO Bambang Palgoenadi dalam keterangan pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (31/8).
Baca Juga: Tawarkan harga IPO Rp 250, Pinago Utama (PNGO) akan meraup dana Rp 39 miliar
Dalam melaksanakan IPO, PNGO menggandeng PT Panin Sekuritas Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Proses penawaran umumnya dilakukan pada tanggal 18,19, dan 24 Agustus 2020 yang lalu. Adapun dalam proses penawaran umum tersebut terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed mencapai dua kali.
Sekadar informasi, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1979 itu mengelola total 17.656 hektar (ha) lahan. Rinciannya, perkebunan kelapa sawit seluas 13.969 ha dan hektar perkebunan karet seluas 3.960 ha. Sekitar 81% dari perkebunan sawit dan 77% dari perkebunan karet itu merupakan area tanaman menghasilkan.
PNGO bisa membukukan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebanyak 158.587 ton dari kebun inti dan kebun plasma atau meningkat sebesar 20% rata-rata tahunan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Sementara untuk hasil karet kering berupa lateks dan lump sebesar 3.658 ton, menurun sebesar 10% rata-rata tahunan.
Selain perkebunan kelapa sawit dan karet, PNGO juga mengelola industri pengolahan kelapa sawit dan karet. PNGO mengoperasikan pabrik crude palm oil (CPO) berkapasitas 120 ton TBS per jam, pabrik crumb rubber (CRF) berkapasitas 6.000 ton per bulan, dan pabrik ribbed smoke sheet (RSS) berkapasitas 600 ton per bulan.
Adapun produksi CPO dan Palm Kernel (PK) masing-masing mencapai 94.436 ton dan 21.656 ton sepanjang tahun 2019. Selama tiga tahun terakhir jumlah tersebut mengalami pertumbuhan rata-rata hingga 3% dan 5%.
Di sisi lain, produksi CRF dan RSS masing-masing mencapai 45.017 ton dan 2.471 ton di tahun 2019 atau turun 5% dan 11% dalam periode tiga tahun terakhir.
Baca Juga: IPO di BEI masih didominasi oleh emiten dengan nilai emisi kecil, begini kata analis
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hingga 30 April 2020 PNGO mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 19,48 miliar. Jumlah tersebut naik 42,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 13,67 miliar.
Adapun kenaikan laba itu tidak terlepas dari penjualan PNGO yang terkerek menjadi Rp 582,03 miliar, atau naik 6,13% year on year (YoY) dari Rp 548,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News