Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA.Sepanjang Mei 2016, pasar surat utang dalam negeri cenderung bearish.
Mengacu Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), per Mei 2016, indeks total return SBN yang tercermin pada INDOBeX Government Total Return tertekan 0,33% (mom) menjadi 198,67.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menilai, katalis negatif bersumber dari rilis data inflasi dalam negeri per April 2016 yang mencapai 0,45%. Hal ini mengindikasikan adanya masalah di sektor riil Indonesia sehingga konsumsi masyarakat melambat.
Pemicunya, penurunan daya beli masyarakat. "Serta masyarakat menahan konsumsi untuk saving," terangnya.
Presiden Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia alias Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru berpendapat, ada beberapa sentimen negatif yang mendera pasar obligasi negara sepanjang Mei 2016.
Pertama, rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum sesuai ekspektasi. Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air per kuartal I 2016 hanya tumbuh 4,92% (yoy), lebih rendah ketimbang konsensus yang dipatok 5,05% (yoy).
Kedua, meningkatnya spekulasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed pada pertemuan 18 Juni 2016 – 19 Juni 2016.
Pasar menilai, ada peluang kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi 0,5% - 0,75% pada rapat tersebut.
“Hal ini turut memicu pelemahan return pasar obligasi domestik,” imbuhnya.
Namun, Ignatius berpendapat, koreksi pasar SBN domestik akhir Mei 2016 sempat tertahan oleh pergerakan harga minyak mentah dunia jenis Brent yang melebihi level US$ 50 per barel pasca anjloknya pasokan minyak sebesar 4,2 juta barel.
Walhasil, selama Mei 2016, performa rupiah melemah 3,55% ke level Rp 13.648 per dollar AS.
Bahkan, yield SUN bertenor 10 tahun sempat menyentuh level 7,88%. Kepemilikan investor asing di Surat Utang Negara (SUN) pun raib 0,67% menjadi Rp 621,96 triliun periode sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News