kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Mayoritas Mata Uang Asia Melemah, Yen dan Bath Curi Perhatian


Selasa, 03 Juni 2025 / 22:35 WIB
Mayoritas Mata Uang Asia Melemah, Yen dan Bath Curi Perhatian
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A bank employee puts new 70 Baht bank notes into an envelope before they start selling the notes printed by the Thai Central Bank in Bangkok, Thailand, June 8, 2016. REUTERS/Athit Perawongmetha/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD - SEARCH GLOBAL BUSINESS 27 MAR FOR ALL IMAGES


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mayoritas mata uang Asia masih tertahan di bawah tekanan dolar Amerika Serikat (AS).

Meski begitu, sebagian mata uang menunjukkan ketahanan di tengah sorotan negatif terhadap prospek fiskal Negeri Paman Sam.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/6), yen Jepang (JPY) memimpin penguatan tipis sebesar 0,63% terhadap dolar AS dalam sepekan. Disusul bath Thailand (THB) naik 0,43%, dan yuan China (CNY) menguat 0,10%.

Sebaliknya, peso Filipina (PHP) turun 0,30%, rupee India (INR) melemah 0,29%, dan ringgit Malaysia terkoreksi 0,16% terhadap dolar AS selama sepekan terakhir.

Baca Juga: Mulai Loyo, Rupiah Diprediksi Lanjut Tertekan pada Perdagangan Rabu (4/6)

Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan, pasar mulai bereaksi negatif terhadap kondisi ekonomi AS, terutama akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan meningkatnya defisit anggaran yang berpotensi memicu lonjakan utang.

“Kondisi ini pada akhirnya menekan dolar AS,” kata Ariston kepada Kontan.co.id.

Tekanan juga datang dari dampak lanjutan kebijakan proteksionis AS terhadap negara mitra dagang, termasuk Indonesia dan China. Aktivitas manufaktur China yang melemah jadi indikator utama.

Sentimen Dolar AS Tertekan

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan bahwa tawaran perpanjangan keringanan tarif atas barang China hingga 31 Agustus 2025, serta ancaman tarif tambahan hingga 50% untuk baja dan aluminium, turut membebani sentimen pasar.

“Rencana fiskal AS yang agresif, dengan potensi defisit hingga US$ 4 triliun dalam satu dekade, menimbulkan keraguan pasar dan menekan dolar,” ujar Josua.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,05% ke Rp 16.288 per Dolar AS pada Selasa (3/6)

Ia mencatat penguatan yen mencerminkan meningkatnya permintaan atas aset safe haven di tengah ketidakpastian. Yen dinilai menarik untuk posisi long terhadap dolar hingga pertengahan Juni.

Sementara yuan cenderung diuntungkan dalam kondisi pasar risk-off, meskipun secara teknikal sedang terkoreksi.

Arah Dolar Ditentukan Data Ekonomi AS

Ariston menilai, secara umum, dolar AS berpeluang melemah atau setidaknya berkonsolidasi dalam sepekan ini.

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,34% ke Rp 16.309 per Dolar AS pada Selasa (3/6)

Pelaku pasar akan mencermati sejumlah data penting, mulai dari aktivitas manufaktur, sektor jasa, hingga tenaga kerja.

“Jika data aktual lebih lemah dari ekspektasi, tekanan terhadap dolar AS bisa semakin dalam,” pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×