Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Bernada serupa, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, laba selisih kurs yang dicatatkan MYOR pada kuartal I-2020 didorong oleh fluktuasi nilai tukar yang belakangan ini terjadi. Terlebih lagi, penjualan ekspor masih berkontribusi sebesar 30,2% terhadap total penjualan MYOR.
Ke depannya, Chris memprediksi, MYOR masih potensial untuk mencatatkan laba selisih kurs. Pasalnya, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) saat ini masih tergolong stabil.
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (28/9), kurs dolar AS menguat 0,03% menjadi Rp 14.715. Pada akhir 2020, Chris memprediksi kurs dolar AS akan berada di level Rp 14.900.
Baca Juga: Gara-gara investasi bodong, masyarakat rugi hingga Rp 92 triliun
Sementara itu, Okie memperkirakan, nilai tukar dolar AS akan berada di kisaran level 14.500-15.550 per dolar AS pada pengujung tahun ini.
"Biasanya menjelang akhir tahun 14.500-15.550, eksposure terhadap rupiah cukup tinggi. Selama pergerakannya stabil, harusnya baik bagi pengusaha," ucap Okie.
Sebagai informasi, SMGR, AALI, JPFA, LSIP, KLBF, dan INDF masih membukukan kenaikan laba usaha dan laba bersih. Sementara itu, laba bersih CITA menurun meski laba usahanya masih bertumbuh. Kenaikan laba usaha ini menunjukkan bahwa emiten-emiten tersebut masih memperoleh keuntungan dari operasional bisnisnya.
Di sisi lain, laba selisih kurs tidak dapat menolong keuntungan SIMP dan BSDE secara keseluruhan. Pasalnya, kedua emiten ini mencatatkan penurunan pada laba usaha sehingga bottom line ikut merosot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News