Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada 36 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usahanya yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari total tersebut, tak semua emiten BUMN memiliki kinerja ciamik dan pergerakan saham yang positif.
Emiten perbankan BUMN mayoritas bergerak di zona hijau dan mencatatkan kenaikan secara year to date, seperti BBRI, BBNI, dan BMRI. Hal yang sama juga terjadi pada emiten BUMN di sektor pertambangan seperti PTBA, ANTM, dan TINS yang naik double digit sejak awal tahun 2022 karena lonjakan harga komoditas dunia.
Di sektor telekomunikasi, TLKM melonjak 12,62% sejak awal tahun. Meski harga saham anak usahanya, MTEL berada di posisi Rp 795, sedikit di bawah harga saat initial public offering (IPO) yang sebesar Rp 800.
JSMR turut bergerak naik dalam satu bulan terakhir. Hari ini, saham JSMR kembali naik 110 poin atau 3,05% ke Rp 3.720. Meski secara year to date masih minus 4,37%.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Emiten BUMN Menyumbang 23% dari Total Market Cap Pasar Modal
Nasib saham ADHI, WSKT, WIKA, dan PTPP masih merana. Saham-saham emiten plat merah di sektor konstruksi-infrastruktur tersebut kompak berkutat di zona merah secara year to date. Meski WSKT dan WIKA mampu mencatatkan kenaikan tipis pada hari ini.
Anak-anak usaha BUMN konstruksi seperti WTON dan PPRO juga memerah sejak periode awal tahun ini. Begitu juga yang baru menggelar IPO, ADCP yang sahamnya kini berada di posisi Rp 93, di bawah level harga IPO yang sebesar Rp 130.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menekankan bahwa di luar status BUMN ataupun perusahaan swasta, investor akan lebih memperhatikan emiten berdasarkan sektor dan fundamental keuangan. Selain itu, prospek bisnis dan kinerja keuangan akan lebih menentukan.
Baca Juga: Ini Empat Jurus BUMN untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia