Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas mata uang utama alami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meski begitu, prospek mata uang utama tetap menarik.
Research & Development Trijaya Pratama Futures Alwi Assegaf Alwi Assegaf mengatakan, dolar AS memang menguat seiring pidato Ketua the Fed, Jerome Powell yang mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga agresif. Hal itu juga seiring membaiknya sejumlah data ekonomi AS sepekan terakhir.
"Ditambah komentar beberapa bank sentral lainnya yang justru lebih dovish, sehingga mendukung dolar AS," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/10).
Meski begitu, berdasarkan prospek kebijakan moneter the Fed ke depan yang akan semakin dovish, dolar AS masih akan kembali melemah. Ditambah tahun 2025, tetap ada potensi pemangkasan suku bunga the Fed sebesar 100 basis poin.
"Jadi, saya rasa penguatan ini hanya bersifat sementara," sebutnya.
Baca Juga: Menilik Potensi Mata Uang Utama di Tengah Penguatan Dolar AS
Dus, Alwi menilai prospek mata uang utama tetap menarik. Secara khusus, ia menilai mata uang utama yang menarik adalah mata uang komoditas.
Dia menilai dolar Australia (AUD) didukung peningkatan harga komoditasnya seiring meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Selain itu, sikap Reserve Bank of Australia (RBA) yang masih cenderung hawkish jika dibandingkan dengan bank sentral lainnya.
Selain itu, dolar Kanada (CAD) dilihatnya cukup menarik. Apalagi harga minyak kembali mulai memanas. "Apalagi Iran yang merupakan negara produsen minyak terbesar mulai terlibat dalam ketegangan di Timur Tengah," terangnya.
Alwi memperkirakan AUDUSD akan menguat ke 0,7160. Sementara CADUSD akan turun ke 1,3350.
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah 0,63% Hari Ini (4/10), Simak Rekomendasi Saham untuk Pekan Depan
Efek ke Rupiah
Rupiah kembali tertekan seiring penguatan dolar AS. Pada Jumat (4/10), rupiah spot ditutup melemah 0,37% ke Rp 15.485 per dolar AS, sehingga mengakumulasi pelemahan sepekan sebesar 2,27%.
Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalia Situmorang menyebutkan, dolar AS bertahan dekat level tertinggi dalam enam minggu pada hari ini menjelang laporan penggajian. Data tersebut dapat menentukan arah suku bunga AS ke depan.
Di sisi lain, pelemahan rupiah berhasil dijaga agar tidak jatuh lebih dalam. Maklum, rupiah spot sempat diperdagangkan lebih tinggi hingga Rp 15.535 per dolar AS.
Baca Juga: Faktor Eksternal Menekan Nilai Tukar Rupiah Dalam Sepekan
"Intervensi bank sentral melalui DNDF di Rp 15.549 dan spot di Rp 15.535 membatasi kenaikan," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/10).
Spot kemudian melambat menuju level Rp 15.500 per dolar AS dan terus turun ke 15.465 per dolar AS yang didorong oleh aliran dari eksportir. Malam ini, data NFP akan memberikan wawasan tentang pergerakan USD/IDR selanjutnya.
"Resistance terdekat berada di Rp 15.580 dan support di Rp 15.350," sebutnya. Namun secara jangka panjang, setidaknya sampai akhir tahun ini, Hosianna masih mempertahankan target rupiah di Rp 15.000 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News